Thursday, December 13, 2007

son of the land



waaduh...Zapete mirip wajah Gorbachev...?

Friday, December 7, 2007

Bolos

Free Image Hosting at allyoucanupload.com

Selama kurang dari tiga hari aku menikmati ruang yang begitu luas. Lega. Hamparan rerumputan diantara bebatuan yang memiliki tinggi sama. Seperti ingin saling mengalahkan satu sama lain. Aku rasa batu-batu itupun tidak tinggal diam dan membiarkan rumput menutupi sinar matahari untuknya. Batu itu pasti menjepit akar-akarnya sehingga sulit benar bagi rumput untuk menemukan hara. Tapi beruntunglah rumput karena ada beberapa cemara yang memiliki akar-akar yang kuat sehingga membuat rongga untuknya diantara bebatuan itu. Aku mensyukuri alam yang dibuat sedemikian rupa hingga aku bisa belajar darinya.
Free Image Hosting at allyoucanupload.com

Hamparan rumput dan bebatuan itu begitu runcing sulit untukku menyeberanginya menuju hamparan yang lebih luas disebaliknya. Lembah yang menjadi tempat berlindung beberapa kerajaan besar dahulu kala. Meninggalkan sisa-sisa kejayaan dengan kuatnya hingga merasuk ke setiap darah yang mengalir dalam tubuh2 kekar di lembah itu. Tentu kalian memahami cerita tentang Gajah Mada yang tidak pernah menjadi nama untuk satu saja jalan di lembah ini.
Free Image Hosting at allyoucanupload.com

Jalan kecil ini tidak lebih dari 1 kilometer panjangnya.. menuju sebuah persinggahan sederhana di ujung yang lebih tinggi. Sementara ujung yang lebih rendah menuju sebuah telaga yang dihuni beberapa ikan. Dan dia memiliki nama Gadjah Mada, setidaknya aku yang menamainya begitu bukan secara resmi. Hanya untukku saja agar aku masih tetap ingat ada banyak pulau di negeri elok ini, dan semuanya pernah bersatu ketika Hayam Wuruk berjaya. Tidak pernah cukup bagiku untuk menikmati keindahan alamnya.
Free Image Hosting at allyoucanupload.com

Bahkan mereka juga bersukur .... '
Free Image Hosting at allyoucanupload.com

Selama kurang dari tiga hari aku menikmati ruang yang begitu luas. Lega. Hamparan rerumputan diantara bebatuan yang memiliki tinggi sama. Seperti ingin saling mengalahkan satu sama lain. Aku rasa batu-batu itupun tidak tinggal diam dan membiarkan rumput menutupi sinar matahari untuknya. Batu itu pasti menjepit akar-akarnya sehingga sulit benar bagi rumput untuk menemukan hara. Tapi beruntunglah rumput karena ada beberapa cemara yang memiliki akar-akar yang kuat sehingga membuat rongga untuknya diantara bebatuan itu. Aku mensyukuri alam yang dibuat sedemikian rupa hingga aku bisa belajar darinya.
Hamparan rumput dan bebatuan itu begitu runcing sulit untukku menyeberanginya menuju hamparan yang lebih luas disebaliknya. Lembah yang menjadi tempat berlindung beberapa kerajaan besar dahulu kala. Meninggalkan sisa-sisa kejayaan dengan kuatnya hingga merasuk ke setiap darah yang mengalir dalam tubuh2 kekar di lembah itu. Bandung adalah bagian dari lembaran dalam cerita hidupku. Kiara condong mengakhiri cerita singkat pertemuan yang mungking paling bersejarah diantara kisah-kisah cinta lainnya. Ketika aku harus menjatuhkan pilihan ketika itu.
Free Image Hosting at allyoucanupload.com

Saturday, December 1, 2007

Midawati, Teman dari Silir

Sudah hampir sewindu aku mengenang seorang pesakitan dari sebuah lokalisasi. Silir begitu nama lokalisasi itu dan Midawati adalah pesakitan itu. Padat, vulgar, saru, hampir menggambarkan keseharian warganya, Mida juga begitu. Itu dulu, sekarang tempat itu telah berubah. Disana saat ini menampung banyak pedagang barang bekas, accesories motor, sepeda dan aneka barang yang mungkin belum kalian lihat sebelumnya. Orang sana menyebut Pasar Klithik'an jika ditanya kondektur bis pedesaan "berhanti dimana mas ..?" Aku berterimakasih kepada pemkot untuk perubahan itu. Dan Mida ... dia sekarang entah dimana?
Perkenalanku dengannya bukan suatu ketidak sengajaan, aku yakin kami memang sengaja dipertemukan. Dan aku meyakini ada suatu tujuan diantaranya. Saat semester2 awal dulu di UNS aku bergabung dengan Organisasi kemanusiaan disana, alih-alih sebagai wadah sosialisasi di lingkungan kampus. Tengah tahun pertama bergabung aku mendapat kepercayaan Sebagai staff bidang P2M (pengabdian pada masyarakat). Saat itulah aku ditugasi untuk mencari lokalisasi tempat akan diiadakan kegiatan tahunan sosialisasi tentang bahaya Penyakit Menular Sexual. Silir adalah satu-satunya lokasi yang aku tahu. Dari sanalah aku mengenal Mida, salahsatu dari beribu cara aku pasti dipertemukan dengannya.
Mida lebih memilih membicarakan tentang tanaman atau piaraan lohannya jika aku bertanya jauh tentang pilihan hidupnya. Kadang dia sering mendahului aku bertanya soal harga lombok, bawang atau tomat jika membaca aku akan menanyakan kabar ibu bapaknya. Usianya baru belasan saat itu, tapi aku tak pernah bisa menolak topik pembicaraan yang dia bawa. Semuanya tentang bunga-bunga yang berwarna-warni, air di sungai2 kecil dilereng Lawu yang jernih dan sejuk, atau dia memilih membicarakan buku yang aku bawakan untuknya hari kemaren. Sedangkan aku sebenarnya ingin betul menanyai kenapa ? kenapa dia memilih lembah hitam ini ?
Dari sebuah mawar di pot kecil berdaun 3 tangkai dan belum pernah kulihat berbunga sebelumnya aku mengetahui sedikit rahasia hidupnya.
"Mas tau kenapa mawar ini ndak mau berbunga..?"
"Mungkin karena memang itu bukan jenis Mawar yang memiliki bunga.." Bukankah semua Mawar pasti berbunga? Aku berkonsentrasi mengikuti nada bicaranya. Jika sudah membicarakan bunga, atau pepohonan, bambu sekalipun dia mengucapkannya dengan lirih dan pelan seperti hendak menangisi sesuatu. Hingga aku tidak menyadari yang aku ucapkan.
"Seperti sering aku tanyakan padamu mas, kenapa mau berteman dengan orang seperti aku .."
Kami diam beberapa saat. Sering begitu diantara kami.
"Menurutmu kenapa aku mau berteman denganmu?"
"Mawar ini tidak memiliki duri satupun, dia tidak akan mampu melindungi bunganya sendiri..."
Matanya mulai berkaca sambil menatapku dalam, tak dapat ku jangkau dasarnya.
"Tanpa duri Mawar ini sedang sekarat, menuggu saatnya tiba pemangsa yang mencabik daun-daunnya...hingga dirinya takut untuk berbunga..kalau2 seorang anak perempuan akan memetiknya begitu saja dan menariknya dari akar2 yang memang rapuh..maka binasalah saat itu juga" Kutengok matanya memang benar-benar sembab menahan perih.
"Jika saatku tiba aku tak ingin mas terluka .. "
Senja itu cerita tentang Mawar berhenti begitu saja, meninggalkan tanya padaku saat aku merenung kembali arti diriku untuk Mida. Aku tidak pernah berani mengartikan apapun hubungan kami. Satu tahun berikutnya aku menyadari pembicaraan itu ketika aku menungguinya di pusat rehabilitasi.
Mawar itu masih di pot yang sama, ada 5 tangkai daun yang tampak lebih hijau subur. Batangnya pun kelihatan lebih kokoh, aku yakin akarnya pun telah tertancap hingga ingin menyeruak menembus dinding pot. Dengan beberapa duri yang tajam menantang seperti berteriak saat panglima perang menggerakkan pasukaanya. Satu lagi ia berbunga dengan anggun dan gagah sekaligus...dan itu bunga pertamanya. Berkelopak putih seperti kain para dewa dewi. Kuncup hampir merekah, nampaknya ditahan agar tetap seperti itu saja. Sombong sekali mawar itu, diabaikannya begitu saja tubuh yang kini kurus kering di sampingnya. Dia tidak tahu apa! siapa yang telah bersusah payah membuatnya berbunga? Baru satu bunga kau miliki bagaimana jika seribu bunga kau punya! Hampir tiap sore setelah mata kuliah terakhir aku beradu dengannya. Kebencianku hanya dimiliki mawar itu .. sungguh! kalau dia bicara tentu sudah ramai ruang kecil itu..tentu saja oleh pertengkaran kami yang tiada pernah habis. Kami berdua kadang melupakan tubuh kurus yang sudah lama terbaring itu. Kuluapkan semuanya pada Mawar yang sombong itu, aku membencinya sampai detik ini sekalipun! Mawar itu tidak memberi guna apapun untuk tubuh kurus yang telah bersusah payah mengasuhnya. Tidak tahu berterimakasih, baru berbunga satu saja sombongnya setengah keparat.
Sampai suatu sore setelah mata kuliah renang aku bersiap untuk bertempur dengan Mawar sombong itu. Tapi...dimana ruang kecil itu ? pintunya tak mau dibuka. Kulihat Mawar itu masih ditempatnya, persis di tengah jendela mendahului sinar mentari kala pagi. Aku mencari . . . dimana Mida? tidak kulihat lagi ranjangnya. Kata beberapa petugas Mida diambil dibawa pulang keluarganya hanya itu yang aku dapat.
Keluarga yang mana? bukankah keluarga satu-satunya cuma buleknya yang sama angkuhnya dengan mawar itu. Buleknya yang tidak mau sama sekali membolehkan Mida minum dari gelas dirumahnya? Buleknya yang tidak mau Mida makan dari piring dirumahnya? Buleknya yang selama ini menelantarkan Mida karena dia ODHA. Aku benar-benar marah saat itu. Mawar itu aku ajak serta mencari Mida. Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, studyku kacau balau, AIDS merenggut cinta yang aku sadari berikutnya...setelah sesal karena tak pernah memberitahunya.
Sampai kini aku tak pernah menjumpainya lagi, hanya pusara yang ditinggalkannya...akupun tak yakin ada jasadnya disana, karena sepanjang pencarianku pernah terjejak Mida di Krematorium. Siapa yang tega melakukannya?


Friday, November 23, 2007

Night life -end story-


other logical input -acording to myself:
avoid sexual trans desease including AIDS
no more lonely wifes
save money
sometimes it's avoid ABORTION too!
.....
dedicated to my beloved wife and son.

Monday, November 19, 2007

Night Life -Su' sukan-

Aku kenal Pak Win sekitar dua bulan yang lalu. Dia adalah supervisor loading di perusahaan tempatku bekerja, lama sebelum aku bergabung. Teman sekantor mengenalkan dia ketika mampir kekantor waktu itu. Sudah lebih dari 5 tahun dia meninggalkan perusahaan kami, namun hubungan dengan beberapa rekan yang dulu sempat bekerja bareng tetap dia jaga dengan baek. Termasuk kepada staff staff yang baru masuk seperti aku. Meskipun sudah bergabung 2 tahun lebih tapi aku baru mengenal Pak Win 2 bulan yang lalu.
Malam ini aku dalam perjalanan menuju rumahnya, Cirebon - Jakarta aku tinggalkan kira2 10 menit yang lalu. Aku bertanya sedikitnya kepada 5 orang untuk mencapai desa ini. Seorang wanita setengah baya dengan penampilan menarik menunjukkan letak rumah kepala desa yang aku maksud. 21:05, lima menit terlambat dari janji yang kami sepakati. Segera aku pencet tombol pintu dari rumah yang tampak sepi itu, jangan-jangan Pak Win lupa kalo ada janji..
"Waalaikum salam...mangga..neangan saha?" seorang anak perempuan membalas salam ku begitu pintu terbuka. Anak perempuan begitu aku sebut dia, karena dia kelihatan masih pantas untuk duduk di bangku sekolah. Kulitnya bersih dibalut span hitam dengan atasan kaos oblong, sepertinya baru saja selesai mengikuti suatu event semacam 'parewangan' di hajatan salah satu warga.
Sepertinya aku akan kecewa, kata perempuan itu bapak sedang keluar baru saja. Tidak putus asa aku mencoba memancing percakapan dengan keponakan Pak Win, begitu yang aku tahu setelah aku juga memperkenalkan diri. Selain tinggal bersama pamannya, dia juga membantu Pak Win untuk beberapa urusan administratif di rumah.
"Pesen Bapak saya disuruh menemani Pak ******." Tidak ada kesan sungkan atau segan saat anak itu menyampaikan pesan Pak Win, pucuk dicinta ulam tiba. Tanpa Pak Win aku pastikan akan lebih banyak info yang dapat aku bagi2, selain aku merasa agak sungkan dengan Pak Win, sepertinya informasi dari ponakannya ini gak perlu pake pulpen pun recorder juga bakalan nemplok dikepala.
Disini memang sudah biasa pak, banyak cukong bos2 dari luar kota yang punya istri disini. Minimal 3 bulan harus mau menikah meskipun cuma dibawah tangan, ada yang satu juta mau. Tidak usah beliin rumah mereka juga sudah memiliki rumah sendiri-sendiri, ndak usah ngasih apa2 lagi pokoknya dengan uang kontrak itu sudah cukup. Obrolan yang kuanggap berat itu enteng saja keluar dari mulut 'anak perempuan' yang aku sebut tadi, sepertinya tidak pantas lagi aku menyebut 'anak'. Setelah berganti atasan dengan tank top kuning muda dibalut jeans, 'perempuan' itu mengajakku menemui salah satu lokasi dimana saya bisa memilih 'istri'. Dan obrolan itu terus berlanjut sepanjang perjalanan kami.
Mereka akan meminta uang jajan kalo misalnya diajak keluar desa. Mau ke hotel misalnya, meskipun sama suaminya sendiri mereka minta uang tambahan. Kalo misalnya diajak tinggal dirumah lakinya, tarifnya bisa lebih mahal dua kali lipat. Pokoknya tergantung kesepakatan awalnya aja. Kata2 yang keluar semakin lama semakin manja, semakin jauh dari rumah Pak Win semakin dekat dia bergeser tempat duduk. Aku perhatikan bahasa tubuhnya yang mengajak, tapi ... ini ponakan Pak Win ! logikaku menentang. Aku menolak segala pembicaraan yang membawaku berlaku sebagai subject -user?, dan sepertinya dia paham.
Sekitar 25 menit aku melewati 2 desa dengan akses jalan kampung yang lumayan memperlambat cherokee4x4 pinjeman dealer itu. Kami tiba di sebuah rumah, kelas menengah 2 lantai dengan beberapa tanaman di halamannya yang luas. Beberapa pagar dari stainless terlihat di lantai 2 dengan beberapa pot bunga berjajar . Susah kalo menggambarkan sebuah rumah, begini saja harga rumah itu bisa mencapai 250 juta dengan pertimbangan akses masuk dan luas tanahnya. Tentu kalian akan lebih mudah membayangkannya.
Tanpa permisi tanpa salam ponakan Pak Win masuk rumah itu, dari dalam rumah aku mendengar sambutan beberapa perempuan lain dan bercakap dengan bahasa .. sepertinya sunda. Sejurus kemudian dia keluar dengan seorang perempuan yang berpakaian lebih sopan darinya. Dia mengenalkan sebentar perempuan itu. Dia.... ibunya?!.... ya. Dan beberapa saudara perempuannya yang lain yang sudah 'bersuami' dan berencana untuk menambah 'suaminya' lagi.
Obrolan kami tidak bisa terfokus bahkan aku tidak mencatat satupun di kepala kecuali basa-basi, ajakan, tawaran menggoda diikuti tawa, dan ketika aku menulis ini, semuanya sudah hilang karena saat itu aku menyadari semua itu terjadi disini...ditempat kita.
Semakin banyak aku tahu semakin keras ngiang tawa perempuan-perempuan itu ditelinga ketika aku menuliskannya.
Malam itu ponakan Pak Win lebih dulu pamit pergi dengan seorang laki2 yang seumur Pak Win pamannya. Dan aku tinggalkan rumah Su'sukan itu sedikit tergesa, karena hampir dipaksa nginap!......terima kasih Pak Win.
Pwuuuihhh sudah cukup yang aku ketahui, dapat berbuat apa aku sekarang ?
Menunggu inspirasi .. .. ..

Tuhan Tau dan Dia menunggu . . . -ikal




Wednesday, November 7, 2007

Night Life -Sangkan-

Jauh dari kebisingan, 30 kilometer arah selatan dari pusat kota. Nama tempat di daerah itu semuanya menggunakan kata "sangkan" kata Devi artinya rekreasi, tapi aku ga percaya suka ngaco tu anak. Kalau dari jawa-nya kayaknya lebih ke arti 'asal'.
Ada beberapa Resort dan Hotel disana, dengan Rp. 510.000 (tarif weekend) udah dapet kamar delux full privacy. Tidak ada yang istimewa di daerah ini selain air panas yang mengalir menghangati malam.

Banyak tempat menawarkan jasa pemandian mulai dari hotel bahkan kamar2 mandi pinggir jalan, semua airnya dari sumber mata air panas alami. Yang menarik, selain menyewakan kamar mandi, ada beberapa tempat yang juga menyiapkan 'teman mandi' nah loh! ini-pun aku ketahui secara tidak sengaja dari room boy yang menawarkan jasa.
Dari obrolan warung rokok pinggir jalan, seorang laki2 menawarkan Jasa full service 'Mandi plus' kalo aku boleh bilang. Tidak banyak bicara yang ga keruan, kami lewati dingin malam itu 5 menit dari hotelku menginap. Tak berapa lama aku tiba dilokasi.
Setelah masuk pekarangan tampak seperti sebuah resort kecil kamar-kamarnya melingkari sebuah jacuzzi yang lumayan besar ..hampir mirip kolam renang, tapi melihat beberapa pasangan disana sepertinya ini memang jacuzi. Kesan pertama: kotor, basah dimana-mana, jangan harap ada privacy disini tapi hangat pasti. Untuk sekedar menghabiskan malam lumayanlah sambil nyari kenalan. Lelaki itu mengajakku menyusuri kamar2 -lebih tepatnya kamar mandi melingkar memutari jacuzzi, berbeda dengan jacuzi-nya kamar mandinya tampak lebih bersih, dan nyaman.
Berseberangan dengan pintu masuk, terdapat semacam gerbang yang terbantuk dari tanaman merambat di kanan-kirinya, dari sana beberapa lorong diarahkan ke jacuzi2 kecil yang tersebar tak beraturan . Jacuzi itu dilengkapi dengan bale bertirai di belakangnya, antara jacuzi satu dengan yang laen dipisahkan taman2 kecil yang berserak begitu saja, justru menciptakan privacy yang 'berbeda'.
Lelaki itu bermaksud meninggalkan aku dengan menjabat tangan dan isyarat "....tips-nya?"
Mudah sekali orang bekerja di tempat wisata. Begitu setiap kali aku berpikir ketika harus merogoh tips. Mungkin suatu hari aku lebih memilih untuk mencari tips daripada gaji. Setelah menerima 2lembaran ungu, lelaki itu baru mau pergi.

Jacuzi itu berbentuk melingkar, bak tempurung kelapa yang dihujani sehari semalam..tidak ada lampu dari dalam air seperti kulihat di TV, hanya temaram lampu2 sorot untuk taman menerobosi airnya yang beriak karena airnya yang jatuh dari sepotong bambu. Dibelakang jacuzi itu sebuah bale dengan kanopi bertirai putih transparan. Lampu yang diletakkan ditengah kanopi itupan hanya lampu dengan watt kecil. Seorang perempuan segera berdiri dari bale ketika melihatku datang. Dia mengenakan kain putih yang dililit di pinggang dengan tambahan selendang yang mengikat masih dipinggang pula...berjuntai menghalangi jenjang kaki-kakinya yang berlomba untuk kulihat, putih bersih memang. Dengan atasan thank top warna putih, Casual. Aku nikmati sesaat wajah yang bersih dari riasan, belia seperti masih mengenakan seragam SMA. Tapi aku tahu semenit berikutnya dia sudah 22. Tak begitu penting namanya waktu itu, dia bilang akan menempati jacuzi yang sama setiap hari jum'at dan sabtu, menjawab ketika aku bertanya.
Aku nikmati spa jacuzzi malam itu berbincang, tak ada yang penting, tak ada pembicaraan yang menyinggung nafsu...hanya ragu. Diakhiri dengan pijat terapi di bale yang begitu nyaman malam itu, masih juga dia diam tidak menawarkan 'jasa'. Sempat aku tertidur ketika suara lembutnya membangunkan aku.
Setelah menerima beberapa lembar tips aku bertanya.... dan ... jawabnya ...
Maaf pak jika bapak mau nanti biar saya cariin, tapi maaf saya tidak bisa pak. Dan aku menghargainya. Tempat ini memang tempat mandi plus seperti yang dikatakan room boy hotelku..tapi plus pijat tentu saja..

Tuesday, November 6, 2007

Night life -Nadia-


Kuhabiskan hampir 3 minggu untuk mengenal kota ini diwaktu malam, dari beberapa tempat yang sempat aku singgah aku mencatat beberapa peristiwa.

Tempat kos itu memang luar biasa, tidak seperti kebanyakan tempat kos lain. Tidak mudah bagi mahasiswa maupun karyawan untuk menemukan dan menyewanya sebagai tempat kost. Meskipun sangat luas, akses masuk kost dari jalan raya memang benar benar tersembunyi. Aku bahkan sempat curiga ketika diantar menyusuri gang2 sempit itu. Tapi begitu dilokasi..kost itu lebih mirip asrama milik institusi pemerintah. Ia memiliki lempengan batu2 yang kokoh disusun menjadi jalan2 setapak menuju kamar. Tepat membelah ditengah bulevard yang biasa aku lihat dari koridor rumah sakit, dengan tanaman perdu dan bunga2 pink yang biasa muncul di akhir tahun -malam itu aku melihatnya mekar. Setiap kamar dihubungkan ke bulevard secara khusus oleh tanaman itu hingga menciptakan lorong terbuka yang hangat.
Aku ucapkan terima kasih untuk pengantarku dengan selembar tip, dan segera aku mencari sebuah nama di depan pintu kamar2 itu. Baru aku ingin memencet tombol hp, 'Nadia' nama itu tercetak pada sebuah papan kayu kecil dan di pasang dengan tiang diantara tanaman itu. Mirip papan nama untuk sebuah jalan. Tanpa ragu akupun memilih lorong itu menuju sebuah pintu dengan gaya modern minimalis pada gagangnya.
Seorang perempuan menghentikan langkahku.
"Eeeh, jangan masuk....A'a nunggunya diluar yuk ikut mami.." Perempuan ini kukenal 2 hari yang lalu. Sedikikit basa basi, aku mengikuti saja apa maunya.
"Laen kali nunggunya di luar gang saja ntar biar mami yang nganter."
"Atau A'a chek in dulu ntar mami sendiri yang anter ke kamar, tinggal telpon aja."
Tidak mau membeli kucing dalam karung, aku memilih menunggu di luar gang di pinggir jalan raya.
Mami datang bersama Nadia, dengan baju sederhana tidak seronok. Nadia sopan, jabat tangan mengenalkan diri, menjaga jarak, jauh dari kesan perempuan gampangan. Bahkan baju sederhana yang dia pilih sering aku lihat di beberapa kampus di kota ini. Kami meninggalkan mami begitu ada taxi yang berhanti.
Hidupnya begitu bersemangat dia ingin tahun depan, tahun ketiganya kuliah dia bisa selesaikan S1-nya. Jadi ga perlu capek2 kerja malam lagi, nadia sedikit berkeluh. Ilmu ekonomi menejemen dia lahap dengan hasil keringatnya sendiri. Hampir 200 sks dialahap 2 tahun terakhir ini. Kota kelahirannya yang sepi dia tinggalkan untuk menggapai cita2-nya, segala cara di tempuh untuk cita2-nya. Nadia melacur untuk kuliah !
Dia menjaga jam kerjanya dari jam 1900 sampai 2200 untuk menjaga tubuh agar besok ga telat kuliah, itupun hanya 3 kali seminggu. Taripnya memang mahal untuk ukuran hidung belang, tapi murah sekali untuk cita2nya....300ribu/jam ? dia sandarkan semua biaya kuliah dari uang itu.
Nadia sedikit menunjukkan rasa kecewa ketika taxi kuarahkan lurus melewati deretan hotel2 yang sepertinya bersekongkol untuk menempati satu ruas jalan saja di kota ini -tidak ada hotel berbintang di ruas jalan lain.
"Kita mau ke losmen mas?" Ia bertanya dengan nada kecewa.
Sebelum dia bicara lebih jauh, Aku berikan tip untuk Nadia sesuai taripnya, satu jam sepertinya sudah cukup melelahkan untuk mengetahui nasib malang mahasiswi pintar dengan cita2-nya itu.
setelah ngobrol dengan sopir taxi aku kembali ke Nadia yang menyimpan rasa kecewa. Dari caranya memandang sepertinya dia menyimpan tanya. Aku bilang saja ada urusan mendadak besok2 saya telpon mami lagi.

Friday, October 26, 2007

Kisah Walet ...

Aku mendengar cerita ini dari seorang tua bernama Himawan. Awalnya aku meminta pendapatnya mengenai usaha yang kini sedang aku rintis -bukan samasekali tentang walet-.
Dia mengenalkan walet sebagaimana dia mengenalnya puluhan tahun yang lalu. Bahwa ketika itu dia dan ibunya membiarkan burung liar bersarang di dinding rumahnya di lantai paling atas. Lantai itu memang sengaja dibiarkan kosong tidak digunakan. Hanya burung liar yang tertarik membuat sarang disana, termasuk walet. Bertahun tahun kemudian tanpa disadari keluarga itu, walet telah bersarang disana ribuan pasang jumlahnya.
Komoditas sarang walet memang sudah dikenal saat itu. Harganya bisa mencapai 24 juta rupiah perkilo untuk sarang yang masih bersih, artinya sarang itu belum digunakan untuk menetaskan telur. Sekarang harga itu sudah turun drastis, hanya 13-16 juta rupiah per kilo (untuk sarang putih). Pembahasan sarang walet ini tidak akan berlanjut disini kalau penasaran ingin tau di sini. Yang jelas harga yang fantastis itu akhirnya membuat saudara-saudara Himawan tertarik untuk menjadikannya bisnis.
Singkat cerita, lantai atas itu menghasilkan 6-8 Kilo sarang walet per 3 bulannya bahkan sempat mencatat 10 kilogram.
Himawan muda tak pernah setuju dengan konsep 'memanen rumah burung', pun sampai sekarang.
"Bayangkan burung itu membuat sarang untuk telur mereka untuk anak-anak mereka, eee.. enak saja diambil semaunya. Trus pas mo keluar bagaimana coba ?"
"Coba saja kalo istri kamu sudah hamil 9 bulan, kamu sudah siapkan satu-satunya tempat tidur untuk istrimu beranak..tau-tau diambil orang! stress ga kamu...ha haha" setengah berkelakar dia menancapkannya tepat diantara mataku.
Begitu kira-kira filosofi Himawan muda ini. Filosofi itu mendorong Himawan yang sudah berkeluarga membuat lokasi baru untuk sarang walet jauh dari rumah Ibunya. Memang untuk bisnis tapi bisnis yang lebih ber'etika'. Dia hanya memanen sarang yang baru saja melepaskan anak2 burung walet yang sudah bisa terbang (sarang ini secara komoditas harganya lebih rendah dan memerlukan pengawasan untuk proses panen-nya). Tapi lihat:
Saat ini sudah hampir 5 tahun Himawan memiliki lokasi Sarang walet sendiri tersebar dari Lampung hingga Cirebon. Sarang waletnya di kota terakhir adalah lokasi tertua menghasilkan 3-4 kilogram setiap 3 bulan, dan sarang walet milik Ibunya kini menghasilkan 1-3 kilogram setiap 3 bulan di kota yang sama.
Pelajaran tentang bisnis ber'etika' banyak saya peroleh dari buku, seminar maupun wawancara. Tapi etika yang berbasis raw material jarang saya peroleh, apa lagi filosofi yang satu ini. Semoga ada manfaat untuk kalian.
Pak Him... saya juga mo bikin lokasi sarang baru! sudah isi 3 bulan, KPR yang bagus dimana yah?
"Lho . . . "

Wednesday, October 24, 2007

don't !!!

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Have you read the wet road from the rain that fall in the morning
I'm calling myself, out from midnight worsed dream with cold at my side
Not each of my finger could reach your number, while a head rush to
Do you just fine ?

Have you read the wet road from the rain that fall in the morning
I'm freeze myself, to let you fall dawn to endless winds from lonely night
Not each of my tought could understand when you're close this arms for a hold to
As you just gone !

I am the wet road, dried by the wheels not the sun
I am the wet road, dried when you feels all your own
I'am the wet road, I should be ...

----------------------------------------------------------------------------------------------------

it should be a lyrics of a song I wrote, but a... there is no song 'bout a wet road what so special on it. I remember a name, a face, eyes and tears beneath... who I could be for her ... nothing but a wet road. a reason to slowed down your car . . . but not stop.
Dulu Aku pernah dalam situasi yang sama seperti kamu sekarang. Kamu telah melihat semua . . . keputusan yang kita ambil berbeda.
Aku memilih untuk menghadapi semua konsekuensi yang bisa saja terjadi. Hingga memang benar-benar terjadi meski tidak seburuk yang pernah terpikirkan dulu. Mati-matian aku pertahankan keputusan yang aku ambil -karena BENAR menurutku- ... hingga tak dapat seorangpun mempengaruhi bulat jalan yg kupilih bahkan saat meraka tak mengenali aku sebagai kawan mereka lagi -aku sekarang melihatmu begitu, tak kukenali siapa kamu-.
Aku membayar lebih bukan sekedar uang, s1 yang hampir usang, 'my life', hari hariku setelah itu sampai detik ini, - k i t a -, apalagi kau sebutkanlah ... semuanya ...
Tapi aku tak lepas sedikitpun kekuatan untuk menjalaninya, demikian aku digariskan demikian pula aku upayakan yang terbaik.
Kau membuatku benar2 marah kali ini, hanya karena kau merasa ga dianggap karena kutolak mengirim uang? so be it! semua impian itu? sudahlah kau jalanlah kemana kau suka.
Tak terpikir olehku memberi sedikit saja toleransi untuk aborsi!
Selamat tinggal.

kali terakhir aku mengingatmu, semoga engkau masih diberi kekuatan-Nya. Kita tak lagi memiliki mimpi yang sama, engkau beda. Berterimakasihlah engkau masih diberi kesempatan untuk toubat. dari catatan Ied Ul Fitr 1428H

Monday, October 22, 2007

a note from Ied Fitr 1428 H

Siang itu aku harus berhasil menemuinya tekadku sudah bulat!
Seluruh hutang-hutangku sudah terbayar lunas, begitu kira kira yang sudah aku upayakan. Keluarga semuanya baik-baik saja.
Ayah masih sibuk dengan dua sekolah dasar yang dikepalainya. Berencana untuk membuat module pengawasan KBM secara langsung untuk direkomendasikan ke Diknas untuk kemudian diaplikasikan ke seluruh kepala sekolah ditingkat kecamatan saja. Idealismenya masih seperti dulu.
Ibu baru saja memperolah kenang-kenangan dari istri mantan kepala desa yang kebetulan menjabat lagi, sebuah cincin yang selalu dia bicarakan sepanjang aku libur disana.
Adikku yang pertama...masih menyelesaikan S1-nya di sebuah Universitas di Jakarta. Dan ...
telpon dari atasannya saat kami sedang menghabiskan sore di City Walk yang belum jadi itu membuat dia sibuk sepanjang liburan. Teman seangkatannya bahkan yang tadinya atasannya segera merekomendasikan diri minta di pindah kebagian ini itu..setelah tau dia dimutasi di bagian kepegawaian. Selamat dik !
Adikku yang kedua..ahh anak muda! aku seperti melihat diriku dulu, bedanya sekarang dia berduit aku dulu ? tidak. pun sekarang he he.. Aku meyakini satu hal tentang kejujurannya. eh iya wingi pas aku bali duit neng meja dak gowo ojo digoleki semoga sempet buka postingan yang ini ..
Istriku tak banyak berubah..dia masih seperti setahun yang lalu....susah!
Zapete Awah aku masih belum memahami prosa dari dua kata itu, meski aku mengenalnya sejak kata2 awal yang berhasil diucapkannya. Kalu kesal kadang keluar, kalo senang dapet meanan baru, keluar juga...tidak mau pusing sering aku timpali saat dia teriak:
"Zapete Awah ...!!"
" Kamu itu..."
"Amu.." dia ga mau kalah.
"Kamu!"
"Amuuuuuuuuuu ..."
Aku menoleh padanya. Lamunanku buyar saat sebuah Bus angkutan lebaran mengklakson kenceng dari belakang. Aku mengurangi laju espass, Zapete sudah pulas sejak aku meninggalkan solo.
Setelah bertanya akhirnya ketemu juga. Sebuah toko yang berpadu dengan supermarket modern. Segera aku menuju lorong-lorongnya, diantara harapan dan cemas menggulung. Seperti menunggu hasil rapor yang diambilkan ortu teman, karena undangan sudah disobek tidak sempat dibaca ayah.
Wajah itu seperti sedang duduk pada sebuah bangku catatan kematian. Tidak ada lagi senyum itu, kurus kering banyak yang hilang dari raut yang dulu aku kenal beda...sesaat agak lama aku pandangi sebelum aku menyapa.
"Apa kabar .. ?"
Tak beranjak dari duduknya, dia terpaku dengan mata sedikit berkaca.
Aku mencoba hanya mengulurkan tangan dengan Zapete di gendongan, tapi kemudian setelah beberapa saat lamanya...dia berdir dan memeluk kami berdua.
Ada beban yang begitu berat seakan ingin dia pindahkan dengan pelukan itu...tapi...keberaniannya mengalahkan sumuanya. Kemudian kami makan bertiga dan aku berusaha menceritakan semua yang indah tentang setahun hidupku, berharap dia ikut berbahagia karenanya...
Tapi .. engkau tak pernah membaca. Kamu mengira aku hanya melihat kesenangan semata..?bukan. Kau anggap dunia kiamat ketika kau langgar sebuah norma, engkau berpikir kesalahan hanya padamu saja? Berpasrah seakan berat betul hidupmu sekarang. Dimana motivasi yang dulu kita kobarkan..dimana harapan dan impian untuk mejelajahi eropa sampai africa... -dari Andrea Hirata- apakah engkau sudah lupa?
Untukku tidak aku masih punya mimpi itu!
Bagaimanapun dirimu sekarang!
Perjuangan belum berakhir kawan, raga boleh terkekang tapi jiwaku berkelana pasti...
aku ingin kamu begitu karena setengahnya ada padamu ...

Thursday, October 4, 2007

Surprised your self

So often we have been surprised by our act.

Tonight I meet one of most valued people in this little town. We meet accidentally on his hotel's lobby, yes He own the hotel.

I'm just on my waiting for my guest for about 10 minutes, when an old man came and sit on the chair in front of me.

I did not know this man, and never see him before. He give me a question without any excuse.

"what will you do ? when your wife asking you to merry her sister ?" eh …? True, he give me question with straight face seriously. Not sure what to do, I’m letting my head view my sister in law and not long the old man got my answer, just cross, fresh and despites of others.

"My wife have only one sister left un-merry..." I said.

"She is smart, nice good looking, and being my friend this couple years.."

"I will do merry her…..-stopped- for her willing not my wife's"

I can not descript here what kind of smile on his first react. But I’ll try so you can see either.

One happy smile for an happy thought while at the same time you smell and see something stink. -can you see that ? I guess not-. a while.

Than he laugh hard with the finger point at me and left me with big …eh?.

I gave him an answer and he gave me a stupid feels. I mean who is he ?

“What so funny ?” the old man seems did not herd. “Hey ..!”

“I’ll call the security to stopped your laugh, you annoying everybody” I see around, every body on the room had an eyes and strange smile on me.

After a calm dawn but still laugh he said “I’m Sorry, really sorry I did not mean to laugh on you …” -but you just did-

I’m not moved even an eye for him. He keep his seat and continues.

We had a light conversations, with a laugh sometimes. from him mostly not me!. I think he just underestimate me, I was bother with that and this situation make him had many laugh during our ‘special session’. But later I’ve got mine either, he had a funny ‘things’ also.

Those night during my ‘special session’, I’ve got a cell calls from my guest that he cancel the meeting without any explanation. And than I decided to spent the night with the funny old man. So late until we had sahur together. Those night I’m still do not realized who I’m talking with.

I’ve got the canceled meeting confirmation this morning after I called my client. He said That he already in the lobby hotels last night, and cancel our meeting because he saw me on a ‘serious conversation’ with his big boss…eh? -another big eh-

Than he told everything just to know who is the old man who had a very-very rare laugh and conversation like we had last night, so he decide not to bother the moment.

I did that ... ... ?!

Tuesday, October 2, 2007

Moslem holidays

Ya, saya harus segera booking ticket untuk pulang kampung (mudik). Tanggal segini ? emang masih kebagian ? Entahlah, aku nyoba beberapa travel sepertinya Fadila masih ada tempat. Kalo sampai ga dapet bakalan repot nyopir. Begitulah hampir dipastikan setiap sekali dalam setahun tradisi ini kami lakukan dan ini sudah kali ke empatnya. Saya menjadi bagian dari ribuan bahkan mungkin jutaan pemudik yang melakukan tradisi yang sama. Semua akan dimulai tanggal 10 bulan ini, jadwal travel saya jam 8 malam tanggal yang sama. Jalanan akan penuh sesak, arus lautan manusia berderu ... seperti yang sudah terjadi tahun tahun kemaren. Riuh, Ramai, Capek.
Sore ini pikiranku terbawa rencana mudik besok..pwuihhh!
Mudik bisa jadi sebuah pilihan yang boleh dilakukan pun tidak. Tapi jika sudah menjadi tradisi ?
Saya mengira-ira seandainya Lebaran ini saya tidak pulang ke Solo .. bagaimana?
- Saya pasti melewatkan kehangatan sebuah perayaan keluarga dimana saya dilahirkan dan dibesarkan.
- Bapak saya bakalan nangis nanyain saya dimana ? -Opo wes laili tho le le ?-
- Apalagi Ibu, bakalan susah nebus sakit hatinya karena anaknya ndak pulang.
- Hutang - hutang saya...?
- Saya tidak akan bertemu Om Ngadiman dan juga keluarga lain yang pulangnya juga 1 tahun sekali itu.
- Teman2 kecil saya dulu...yang juga berantau entah dimana..?
Sepertinya aku masih akan mempertahankan tradisi tahun ini. Pulang !
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Biar ramai, riuh, biar capek, biar nyopir sendiri juga ...
Biar system transportasi rusak parahhh ...
Biar penguasa negeri mlongo saja ...
Biar bertaruh nyawa !
Biar resiko mampus dijalan sekalipun ! . . . asal perayaan lebaran di kampung halaman.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Semua sudah memiliki tekad, semoga selamat sampai tujuan !
Lek Bud, Pakdhe Ginen, Mbah Martho ... Kang Tukiyo doakan saya sampai di Solo.....dengan selamat.

PS: Jika ini jadi postingan terakhir saya. Saya mohon maaf jika ada salah kata, semoga blog kecil ini bermanfaat.

Tuesday, September 25, 2007

Happy go Lucky !

Kata Michelle kamu akan mendapat banyak keberuntungan (lucky) jika kamu melakukan pekerjaan atau menyelesaikan masalah (go) dengan senang (happy).
Begitu kira-kira advice yang aku dapat kemaren sore, diantara cappucino yang mengaliri suasana hangat kami. Seperti percakapan percakapan sebelumnya, dia selalu memberikan satu point untuk setiap masalah yang aku obrolkan. Dan kali ini seperti kali - kali yang laen aku mendapat titik terang untuk menyelesaikan masalah yang aku hadapi. Aaaah ... Michelle
Aku melihat Michelle semakin dewasa, meskipun umurnya baru 20 tahun tapi dia menangani hampir semua bussiness di sini (baca : Indonesia). Dan jujur kedewasaannya menambah cantik paras wajah dan sexy tubuhnya, seperti ada inner beauty kalo model-model kacangan itu bilang.
Aku berharap dia akan tinggal lebih lama kali ini. Dan semoga dia senang dengan rumah yang aku siapkan untuknya disini.
Malam itu kami habiskan mencari tempat bilyard, sepertinya tidak ada yang buka selama puasa ini. Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke pemuda.

Monday, September 24, 2007

Apa kabar Ayah ?

Pada hari minggu ku turut ayah kekota
Naik delman istimewa kududuk dimuka
Duduk disamping pak kusir yang sedang bekerja,
mengedarai kuda supaya baik jalannya
duk dik dak dik duk dik dak dik duk
suara sepatu kuda!

Aku mengingat sebuah desa kecil di tepi sungai di Boyolali sana. Dulu ketika mengenal lagu ini pertama kali sering aku mengkhayalkan minggu pagi nan indah itu. Aku merekam lagu itu dengan jernih seperti yang dinyanyikan padaku ketika kecil dulu..Tapi sampai sekarang ini aku menulis, ingatanku tidak merekam kejadian minggu pagi dalam lagu itu benar benar terjadi dan menjadi sejarah dalam hidupku. Ayah tetaplah ayah yang tidak bisa kita pilih siapa ? hormatku padanya tidaklah berkurang sedikitpun hanya karena tulisan ini.
Dan pada gilirannya anakku pun tak memiliki hak sama sekali untuk memilih siapa ayahnya. Maka karena itulah aku mencari-cari pilihan yang dimiliki ayah terhadap anak laki-lakinya...
... -tulisan ini terhenti cukup lama- ... dan ternyata akupun tidak memiliki banyak pilihan kecuali memberikan yang terbaik untuknya.
Dan aku pun meyakini apa yang aku peroleh sampai sekarang ini, pastilah yang terbaik dari seorang ayah . . . aku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi anak laki-laki.

Tuesday, September 18, 2007

Childhood . . . won't leave any adult.

Gambar ini saya ambil dua hari yang lalu. Tidak ada yang istimewa sebenarnya, tapi ketika berada disana seolah saya kembali ke 20 tahun yang lalu.
Hasan yang lebih dekat ke kamera, sedangkan yang di sana itu Deny. Keduanya sebenarnya tidak benar-benar memancing, mereka hanya menghabiskan waktu saja. Ikan yang mereka dapat hanya beberapa, itu juga ukuran kelas teri. Tetapi ketika melihat tawa dan girang mereka ketika mendapatkannya, kalian akan tahu kenapa aku memilih judul itu.
Kami bercakap lumayan lama, dan cukup bagiku untuk mengetahui satu hal. Saat itu tidak satupun diantaranya memikirkan kehidupan ketika dewasa nanti. . . . dan aku inginkan itu.
Tanpa bermaksud untuk meng-exploitasi kehidupan mereka, gambar ini aku posting. Semoga mereka tidak marah saat dewasa mereka tau tulisan ini. Meskipun aku telah meminta ijin secara lisan, pun mereka mengiyakan, tapi tetap aku berharap mereka tidak marah.
Sebaiknya aku memberikan sesuatu yang mungkin dapat mereka pahami ketika dewasa nanti. Semoga .. ..

It's a bitter wine you serv

when your lies enough to pay a whole life

Noone really think who they are

let their childhood be true how adult to be

It's a fish behind a leave

why don't you see trough ?

I'm lonely to know where I'm supposed to be

Did they know who they will be ?

It's hard to an answer when you're sixty three



Wednesday, September 5, 2007

Pak Abdul Jalil

Chapter 2
Sudah seharian aku di pos ini tapi pelanggan sepi sekali. Apa yang harus aku jadikan alasan untuk pertanyaan Pon. Duh Gusti sampai kapan negaraku ini kacau balau balau..balau. Pak Handoyo yang biasa langganan ojek setiap berangkat dan pulang dari sekolah SD yang dikepalainya sekarang memilih naek angkdes, lagi ngirit begitu katanya setiap kali kutawarkan jasa. Bantuan Dana untuk sekolah terpecil tidak membuat lelaki tua itu tergoda. Meskipun terbilang angkanya cukup besar, dia tidak berniat membeli mobil atau sepeda motor sekalipun. Yang membuat heran justru angka itu menggoda orang-orang berseragam untuk sering berkunjung kerumahnya, entah dengan maksud apa. Yang jelas dana itu dikucurkan langsung dari pemerintah pusat ke setiap sekolah, jadi tidak melalui kadinas - kadinas terkait. Kebijakan pemerintah itu berakibat langsung ka Pak Handoyo. Istrinya lebih sering membeli gula dan teh untuk tamu berseragamnya. Pengeluaranya jelas bertambah. Sepertinya pemerintah sedang tegas mengganyang koruptor, tapi ditingkatan paling bawah, koruptor lebih ganas lagi mengganyang. Kacau balau, seperti rambut Pon setiap bangun tidur.
"Assalamualaikum warohmatullah wabarokhah... " seorang laki-laki setengah baya berpakaian seadanya sedikit kusut memberi salam dengan sopan, seperti kebanyakan orang dari 'wetan'.
"Waalaikum salamm ... " Karena tak ada lagi orang lain di Pos Ojek, aku jawab salam itu.
"Ohh bapak.. gimana pak jadi nyari kontrakannya ?"
"Iya, bisa minta tolong diantar sekarang mas ?" tanyanya sopan.
"Mari - mari pak. Tolong helmetnya dikenakan ya pak.." Aku segerakan menyilakan dia naik motor bebekku.
"Ada ga mas rumah yang ingin di kontrakkan?"
"Ada sih ada pak, cuma nanti nanya saja langsung ke pemiliknya. Sebenarnya rumahnya mau dijual tapi karena ga laku laku, jadi di kontrakkan." Setengah berteriak aku mengalahkan suara deru motor.
"Ya sudah kita kesana, tolong nanti saya dibantu ya mas"
"Beres pak !"
Kalau dilihat dari cara bicaranya, bapak ini sepertinya orang terpelajar. Tapi cara berpakainnya sangat sederhana. Aku sempat ragu saat membuat janji dengannya, tapi akhirnya kuputuskan untuk mengantarnya. Kesopanan dan cara bicaranya mengalahkan keraguanku. Menjadi tukang ojek jaman sekarang memang harus hati-hati, tidak pernah kusangkal pesan Pon setiap pagi. Setiap pelanggan baru ataupun lama harus selalu diwaspadai. Aku memilih jalan lebar memutari kampung, karena jalan itu lebih sering dilewati orang.
Tak berapa jauh kami memasuki pekarangan rumah Pak Kuwu. Aku bermaksud menyampaikan maksud pelangganku ini, sekalian melapor. Dan kebetulan juga memang rumah yang aku maksud adalah rumah orang tuanya Pak Kuwu.
Sambutan hangat diberikan kepada Pak Abdul Jalil oleh Pak Kuwu. Namanya baru aku ketahui setelah percakapan kami bertiga. Pak Abdul Jalil sepertinya tidak memiliki waktu untuk berlama-lama, beliau segera berpamit ketika dirasa cukup dan minta diantarkan ke rumah yang akan ia sewa.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjangkau rumah Mbah Rusli. Rumahnya yang megah menggambarkan kejayaan masalalunya. Bagaimana tidak hampir seluruh perkebunan teh yang sekarang berubah menjadi villa dan motel untuk orang kota dulunya dimiliki Mbah Rusli secara turun temurun. Aku dapati Mbah Rusli sdang ngaso di teras samping rumahnya, wah kebetulan beliau ada.
"Assalamualaikumm.."
"Waalaikum salam .."
Segera aku sambut tanganya untuk memberi sungkem hangat. Pak Abdul segera mengikuti berjabat tangan dengan beliau.
"Ada angin apa sore-sore kemari ?" Mbah Rusli mengutarakan rasa penasarannya sambil menyilakan kami duduk di dipan bambu satunya.
"Sebelumnya perkenalkan, ini namanya Pak Abdul Jalil. Beliau berniat untuk menyewa rumah Mbah yang di pinggir desa. Katanya mau di kontrakkan Mbah ?"
"Ohh iya iya, begitu mari. Memangnya nak Abdul sudah melihat rumahnya ? rumah itu sudah lama tidak diurus, sebenarnya niatnya mau dijual" beliau berhenti sejenak untuk menghisap tembakau lintingnya.
"Kalau mau sekalian saja dibeli, tidak minta banyak ko.."
"Maaf pak, sebenarnya saya tinggal sifatnya hanya sementara. Tapi jika memang nanti saya tinggali cocok kenapa tidak. Mungkin bisa saya beli Pak."
Begitulah kami teruskan pembicaraan itu sampai hampir menjelang maghrib, kemudian Pak Abdul melanjutkan untuk melihat lokasi rumah. Sepertinya dia tidak berkeberatan tinggal dirumah sederhana itu, terkesan memang dia sedang buru-buru untuk menempati rumah tersebut. Bahkan dia berencana besok akan segera membersihkan rumah dan segera pula dia akan tempati. Pak Abdul meminta saya untuk bantu-bantu bersihkan rumah sewa itu. Dengan imbalan yang dia janjikan tanpa ragu akupun mengiyakannya. Hari ini saja aku diberi ongkos ojek lebih. Seratus ribu untuk jasa ojek saja memang berlebih, tapi kemudian aku merasa pantas dengan jasa mencarikan rumah kontrakan dengan sukses.
Tidak ada yang mengkhawatirkan aku mengenai laki-laki pendatang baru itu meskipun Pon memperingatkanku agar hati-hati.

bersambung...

Saturday, September 1, 2007

Kopi pagi Pon

Chapter 1
"Pon... aku nanti sore ndak langsung pulang kerumah. Setelah ngojek aku rencana mau ngantar orang nyari kontrakan."
"Nganter siapa to pak..?"
"Ya ngantar langganan Pon... mau ngantar siapa lagi ?"
"Langganan kan punya nama, Mbak Siti.., Bu Minah.., Mbak Sri.., Mbak ...."
"Haaaah sudah sudah! kamu itu bawaannya curiga terus"
Kalau aku ladeni istriku itu ngoceh, bisa-bisa rejeki pagi ini melayang. Segera kusambar helmet 'cakil' hadiah ketika aku berhasil memberi uang muka kesebuah dealer kecil dekat kecamatan untuk sebuah sepedamotor bebek tahun 2000. Sebuah helmet, jaket dan jam dinding sepertinya sangat murah sekali mengingat hasil penjualan merek bebekku itu mencapai volume 1.791.643 unit pada 10 bulan terakhir ini saja. Sepertinya motor bebekku itu dibeli banyak orang bukan karena hadiahnya, begitulah kira-kira aku memutuskan untuk mengkreditnya sebagai modal usaha ngojek. Motor harus berkualitas diatas rata-rata karena memang aplikasi untuk harian dengan beban yang memiliki tingkat varian tinggi. Sudah begitu harus memiliki preforma yang mantab serta penampilan yang trendy untuk narik pelanggan.
Sepertinya kopi bikinan Pon istriku itu dicampuri jampi-jampi, setiap habis satu gelas meminumnya, isi kepalaku kadang melayang dan ngelantur ga karuan.
"Pon ! aku berangkat...!"
"Nanti sore mau nganter siapa to pak ?" Tergopoh-gopoh dia keluar dari dapurnya.
Siapa ya nama bapak yang kemaren itu ? aku tidak memiliki jawaban untuk istriku.
"Eee..warga baru, katanya mau nyari kontrakan rumah di desa kita !" Aku mencoba jujur.
"Ya sudah, hati-hati kerjanya, jaman sekarang banyak begal dan rampok yang nekat"
"Wis aku berangkat dulu" Aku tinggalkan Pon dengan wajah tersenyum cemas seperti pagi kemarin dan pagi pagi sebelumnya, segera kutarik gas motor menuju pangkalan ojek di ujung desa.
Aku mendengar pesan istriku itu setiap pagi. Hampir tidak ada pesan lain kecuali tentang kejahatan yang terjadi di negeri ini. Entahlah .. jampi-jampi kopi Pon ternyata sudah habis atau isi kepalaku yang sudah bosan mereview presiden negeriku ini.
bersambung ...

Saturday, June 9, 2007

Society awareness

Man...do you ever make something good look so bad ?
here a question, a serious question for you to think about it, before you continue read this post..

Stop read when you found something wrong happen on this situation:
I have a bike with Dunlop tire at front (2.50-17") and Mizzle at rear (2.75-17"), both tube tire type in standard size. I buy Dunlop last two week ago, when I buy this front Dunlop I ask also for the rear. Answer I got empty stock for standard Dunlop and they offer me 3.00 wide (race consume - the store guy explain me).
When I see my Mizzle and it looks just find (base on used age 7-8 month, and nothings wrong with the grid. So I decide not to replace it.
I used the combination of Dunlop and Mizzle only just for about a week. Problem come from Mizzle, it's tube tire become lacking. I had to replace it's tube 3 times in a week. I never got the answer for the problem, far as I know from the last replacement, the mechanic said the there is a steel wire inside my Mizzle.
Yes. I go back to the store where I buy my Dunlop a week before and asking for the standard rear Dunlop, to replace my Mizzle right away. The answer: none!
So I decide to get more information on Dunlop Rear Tire with 3.00 wide, as I never use this type before. The store said: this type require a tube also which is the same size with the tire 3.00-17. And it was no problem to combine with 2.50-17 at front.
Ok than.. I decide to replace whole rear wheel, the tire and it's tube as well. But the store inform immediately that they do not sell the tube..whats..? yes. thats what happen. they gave me a sugest to buy to another store near them, a blok away from the store. They give me the infos on the specific type, it was: 3.00-17" / 90/80. --Do they connected each other ? still on my investigations !--
Do they buy the tube for me ? NO! I have to ride my own bike turn around of my direction, across the traffic jammed street. It's okay no problem. as I never used this kind type of Dunlop, I intend to get more information on different store.
As the store guy advise me before to buy 3.00-17" / 90/80 tube tire, I order the girl on that different store to show me the good. Take more than 5 minute...a lot of stock maybe? or special things that not placed in ordinary rack. It can be.
It become pissed me off when I read the specification: 3.00-17" / 90/90 on the packages. Before I get more infos, I have to get the right goods...so I request for the size 90/80 with the other still on my hand...lest than 1 minute I got what I ask...it was: 2.75-17 / 90/80...

whats wrong with people in this country ... !

I decided not to come back to the store before, and start asking to the girls, do they have Dunlop Rear Tire which size is 2.75-17/ 90/80 ... their answer: No ! we do not sell Tire in this store sir.
Is this conspiracy ? off course !! --What do you think?--

Good combination or not I have to used the 3.00-17" size for my rear. I buy the Tube from the Girls store (off course with size: 3.00-17"/ 90/90 --logically--) and turn back my bike, across the damned street and get back to the damned store and buy also the 3.00-17" / 90/90 rear Dunlop Tire that not my desire.
Still in front of store guy, I confirm the tube from the different store with him and some mechanic there. A shit come out from the store guy, he confirm that it was a wrong size....I should bought the tube with size 3.00-17" / 90/80 size ! Go to hell --I talk to my self!--
I realize that I just waste my time with him, I go to the mechanic and discus the best rear for me.
The mechanic suggest: Keep your standard tube which size is 2.75-17" 90/80 --placed at wheel already-- and use the 3.00-17" 90/90 Dunlop Tire... he explain more that tube 3.00-17" / 90/90 will be to big for the tire, even in the same size, lack faster than the standard ! from confuse I've got headache since.
Who should I believe..... My logical way that the size should be the same or the mechanic with his experience ?
Or may my Great Blog Brain* speak ?
I put Scott's word for this.

Wednesday, May 30, 2007

Bapake Nganthi Wani, Fajar Merah

Aku mencatat sebuah peristiwa nyata yang terdengar bak dongeng di sebuah negeri yang anakku pasti bertanya dimana ? jika aku menceritakan kepadanya. Tentang seorang raja yang lalim, rakus, serakah dan semena-mena terhadap rakyatnya. Pada umumnya sebuah dongeng , seorang kesatria menjadi pelengkap cerita. Adalah Wiji Thukul... kesatria yang kucatat dalam peristiwaku. 2 kali pertemuanku dengannya menjelang persiapan demo di depan UNS dan Balaikota masih aku ingat betul sampai sekarang, karena benar dia kuanggap ksatria. Bahkan 2 kali peluru karet yang sempat nyasar ke pantat dan punggung tidak menhentikan demoku hari berikutnya.
Jika ksatria di negeri dongeng bisa hidup bahagia setelah menikahi putri raja, kesatriaku ini malah hilang entah kemana ... Kalau Gajahmada nyata pernah muksa, Kesatriaku ini bukan mustahil mengikutinya ... meski begitu aku mencatat beberapa manteranya nyata benar kedigdayaan mantra itu ... kalau kuingat lagi saat bersorak dan berteriak:
"hanya ada satu kata: LAWAN ! !"

1) Aku masih utuh dan kata-kata belum binasa
2) Catatan subversif thn 1998 -disebabkan oleh Wiji Thukul
3) Darman
4) Jakarta simpang siur, dst.
5) Sajak-sajak bawah tanah Wiji Thukul I-III
6) Tentang sebuah gerakan
7) Tujuan kita satu ibu
8) Bunga dan tembok
9) Kemerdekaan tahun 1982


AKU MASIH UTUH DAN KATA-KATA BELUM BINASA

aku bukan artis pembuat berita

tapi memang

aku selalu kabar buruk

buat para penguasa

puisiku bukan puisi

tapi kata-kata gelap

yang berkeringat

dan berdesakan mencari jalan

ia tak mati-mati

meski bola mataku diganti

ia tak mati-mati

meski bercerai dengan rumah

ia tak mati-mati

telah kubayar apa yang dia minta

umur-tenaga-luka

kata-kata itu selalu menagih

padaku ia selalu berkata

:kau masih hidup!

aku memang masih utuh

dan kata-kata belum binasa

18 juni 1997



CATATAN SUBVERSIF TAHUN 1998

-disebabkan oleh Wiji Thukul

kau adalah kemarau panjang

yang hanya membawa kematian

kepada daun, bunga, dan

ikan-ikan di sungai

kampung tercinta

karena kau adalah kemarau

maka airmata kami akan

menggenangi bumi

jadi embun

naik ke langit, jadi awan-awan

dan dengarlah gemuruh kami

sebagai hujan turun

mengusirmu dari sini!


DARMAN

desa yang tandus ditinggalkannya

kota yang ganas mendupak nasibnya

tetapi ia lelaki perkasa

kota keras

hatinya pun karang

bergulat siang malam

Darman kini lelaki perkasa

masa remaja belum habis direguknya

Tukini setia terlanjur jadi bininya

kini Darman digantungi lima jiwa

Darman yang perkasa

kota yang culas tidak akan melampus hidupnya

tetapi kepada tangis anak-anaknya

tidak bisa menulikan telinga

lelaki, ya Darman kini adalah lelaki

perkasa, ya Darman kini adalah lelaki perkasa

ketika ia dijebloskan ke dalam penjara

Tukini setia menangisi keperkasaannya

ya merataplah Tukini

di dalam rumah yang belum lunas sewanya

di amben bambu wanita itu tersedu

sulungnya terbaring diserang kolera

Tukini yang hamil buncit perutnya

nyawa di kandungan anak kelima



* * *

Jakarta simpang siur

ormas-ormas tiarap

tiap dengar berita

pasti ada aktivis ditangkap

telepon-telepon disadap

koran-koran disumbat

rakyat was-was dan pengap

diam-diam orang cari informasi

dari radio luar negeri

"jangan percaya

pada berita mass media cetak

dan elektronika asing!"

Penguasa berteriak-teriak setiap hari

nasionalismenya mirip-mirip Nazi

***Puisi ini belum diberi judul oleh Wiji Thukul
Agustus 1996


SAJAK-SAJAK BAWAH TANAH WIJI THUKUL

(1)

kekuasaan yang sewenang-wenang

membuat rakyat selalu berjaga-jaga

dan tak bisa tidur tenang

sampai mereka sendiri lupa

batas usianya tiba

dan dalam diamnya

rakyat ternyata bekerja

menyiapkan liang kuburnya

lalu mereka bersorak

ini kami siapkan untukmu tiran!

penguasa yang lalim

ketika mati tak ditangisi rakyatnya

sungguh memilukan

kematian yang disyukuri dengan tepuk tangan

11 Agustus 1996


(2)

Para jendral marah-marah

Pagi itu kemarahannya disiarkan oleh televisi.

Tapi aku tidur. Istriku yang menonton.

Istriku kaget. Sebab seorang letnan jendral menyeret-nyeret namaku.

Dengan tergopoh-gopoh selimutku ditarik-tariknya.

Dengan mata masih lengket aku bertanya: mengapa?

Hanya beberapa patah kata keluar dari mulutnya:

"Namamu di televisi..."

Kalimat itu terus dia ulang seperti otomatis.

Aku tidur lagi dan ketika bangun wajah jendral itu

sudah lenyap dari televisi. Karena acara sudah diganti.

Aku lalu mandi. Aku hanya ganti baju. Celananya tidak.

Aku memang lebih sering ganti baju ketimbang celana.

Setelah menjemur handuk aku ke dapur. Seperti biasa mertuaku yang setahun lalu ditinggal mati suaminya itu, telah meletakkan gelas

berisi teh manis.

Seperti biasanya ia meletakkan di sudut meja kayu panjang itu, dalam posisi yang gampang diambil.

Istriku sudah mandi pula. Ketika berpapasan denganku kembali

kalimat itu meluncur, "namamu di televisi..."

Ternyata istriku jauh lebih cepat mengendus bau kekejaman kekuasaan itu daripada aku.

12 Agustus 1996


(3)

wani

bapakmu harus pergi

kalau teman-temanmu tanya

kenapa bapakmu dicari-cari polisi

jawab saja:

"karena bapakku orang berani"

kalau nanti ibu didatangi polisi lagi

menangislah sekuatmu

biar tetanggamu kanan-kiri datang

dan mengira ada pencuri masuk rumah kita


TENTANG SEBUAH GERAKAN

tadinya aku pengin bilang:

aku butuh rumah

tapi lantas kuganti

dengan kalimat:

setiap orang butuh tanah

ingat: setiap orang!

aku berpikir tentang

sebuah gerakan

tapi mana mungkin

aku nuntut sendirian

aku bukan orang suci

yang bisa hidup dari sekepal nasi

dan air sekendi

aku butuh celana dan baju

untuk menutup kemaluanku

aku berpikir tentang gerakan

tapi mana mungkin

kalau diam?


TUJUAN KITA SATU IBU

kutundukan kepalaku

bersama rakyatmu yang berkabung

bagimu yang bertahan dihutan

dan terbunuh di gunung

di timur sana

di hati rakyatmu

tersebut namamu selalu

dihatiku

aku penyair mendirikan tugu

meneruskan pekik salammu

:a luta continua

kutundukan kepalaku

kepadamu lawan yang dijebloskan

ke penjara negara

hormatku untuk kalian sangat dalam

karena kalian lolos dan lulus ujian

dari ujian pertama yang mengguncang

kutundukan kepalaku

kepadamu ibu-ibu

hukum yang bisu

telah merampas hak anakmu

tapi bukan cuma anakmu ibu

yang diburu dianiaya difitnah

dan di adili di pengadilan

yang tidak adil ini

karena itu aku pun anakmu

karena aku ditindas

sama seperti anakmu

kita tidak sendirian

kita satu jalan

tujuan kita satu ibu:

pembebasan!

kutundukan kepalaku

kepada semua kalian para korban

sebab hanya kepadamu kepalaku tunduk

kepada penindas

tak pernah aku membungkuk

aku selalu tegak

Juli, empat, sembilan tujuh

_______________________________________________________________
BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga, kami adalah bunga yang tak kau kehendaki adanya

engkau lebih suka membangun rumah dan mengusur tanah

Seumpama bunga, kami adalah bunga yang tak kau kehendaki tumbuhnya

engkau lebih suka membangun jalan dan pagar besi

Seumpama bunga, kami adalah bunga yang dirontokan dibumi kami sendiri

Jika kami bunga, engkau adalah tembok itu

dan ditubuh tembok itu telah kami tebar biji-biji

Suatu saat kami akan tumbuh bersama

dengan satu keyakinan engkau harus hancur

Dalam keyakinan kami dimanapun:

"TIRANI HARUS TUMBANG!"
_________________________________________________________________


*KEMERDEKAAN TAHUN 1982

Kemerdekaan adalah nasi

Di makan jadi tai.

* Puisi ini dibuat oleh Thukul secara spontan saat diundang baca puisi

di sebuah kampung di Solo dalam acara 17 Agustus 1982.

Friday, May 11, 2007

How's a hyper market you owned ?

Sometimes it's easier to have a good services when you're a bank costumers right? , both on saving or loan money. Give your Reference than the staff will said " Wait a moment please..."max 30 minute when you're capable in their opinion you leave the bank satisfy.

How hard could be when you are an hyper mart costumers !?
You have to picked your own basket while there's no directions to find where they are. I go around 2 times a big rack to picked my basket! is it gonna kill them to placed it at the entrance ?
while you're search an items on your shopping list, you have to look up I mean really up to read where they placed.
Once you find your stuff, you still have to check the expired date. I strongly recommended ! because when you badly harmed from the situation caused, you will got this answer
"Sometimes human error and technical error happens" Whats !? yeah they also sell items which expired a month ago on their awareness as their slogan said.
You won't believe that you still have to make a 10 to 20 meters lines to pay your Gillette shaver, a bottle of Aussie Max and 3 sets of underwear.
2 hours latter you leave the market with you brain sprained and speaking clock full mouth.
the funny things, some people enjoy it and make those high stress activity bcome their choose to spent week end. Brrrllrl.

If I have a supermarket my own, all I asked to my costumers is " make your shopping list please...." still on the same table with her, price will be given after the list. Than like bank staff said: "Wait a moment please...."
She could pay while the items with correct desire picked an serve to her.
I bet you with 10 tables I could serve 1000 customers a day !
with no gun threat to my head as we serve with smile low stress services.

Wednesday, April 18, 2007

I never though that I will never seen you again.
From the time we passed away, there will things to remember.
When you served your faith for what we believe.
When you cried for every we said good bye.
I remember when you took your coat off and stood in the rain, you're always crazy like that.
You're always the mysterious one with dark eyes and careless hair.
You were fashionably sensitive, but too cool to care.
You stood in my doorway, with nothing to say besides some comment on the weather. Well in case you failed to notice, In case you failed to see, This is my heart bleeding before you. These foolish games are tearing me apart, And your thoughtless words are breaking my heart. You're breaking my heart. I just have to say goodbye since.......do I ?

Wednesday, April 11, 2007

I miss those smiles...
I remember the times of romance...
When the light fell trough your hair, something I always realized...you're not mine.
When tears were fell, You knew I'm belong to someone else...
take me away to your paradise...
between arms and your eyes..
Days will coming trough..
How can I'm not miss you..
Even now you're far away which technology could reach you not.
but My Heart.
It's Updated secondly.... and updated to your faith.

Tuesday, April 10, 2007

2nd month..

Introducing new partner....aku diberi kepercayaan ma Michelle untuk nge-rakit pc sendiri dengan bajet 3.5 jt......alamaaa!? pengennya seh dikasih notebook tapi..... ya udahlah.. trus dengan 3.5jt mo desktop macam apa..... second? no way.
Aku namain project "RE-ACK TM" potongan hurup dari REd ma blACK .. gwe suka banget 2 warna ini ...
berburu hardware dimulai mother board pilih FOXCONN P4M800P7MA yang katanya pendatang baru yang lumayan handal, skalian pengen ngebuktiin.
CPU make P4 ajalah yang udah pasaran ...inget bajet.
Corsair 512 untuk memory, seagate Barracuda HD 80 Gb. trus nyari cashing simmbadda MERAH HITAM ! ma PS-nya yang 500 W. Gak tau kombinasi ini ok ga ? any comment ....
tinggal nyari Monitor pengennya yang LCD tapi duit tinggal 1.5jt BenQ kayaknya dapet yang 15" kmaren liat di BHINNEKA 1.65jt.......aduhh bos tambah lagi dong duitnya biar dapet LCD Acer .....

React harus selesai pertengahan april.... tanggal 20 Michelle mo balik ke sini. so aku harus kasih liat kemampuan REACT TM, trus kalo okay gwe dah bisa terjun kelapangan bulan depan...disini udah gerah banget. tiap hari gelut ma pc, e-mail, document.......whuahh ....

Tanggal 20 kayaknya masih lama banget ... senyum Michelle udah lama gak keliatan. Hmm sepiii ... michelle;

Monday, March 26, 2007

Bos you're so .. ..

Michelle memberikan gambaran yang jelas mengenai apa-apa yang harus aku lakukan. setelah hampir sebulan nongkrongin GTC 15" untuk browse ma chat doang, akhirnya ada sesuatu yang bisa kulakukan. Tidak mudah pada awalnya tapi Manusia mudah terbiasa bukan... seperti Michelle, sepertinya dia udah enjoy tinggal di ID. Dia juga mulai terbiasa dengan logat english melayu..kadang juga bahasa dia pake.
know wats...? Michelle pernah tiba2 nyelonong dari belakang kursiku...dan sengaja diam untuk waktu yang lama saat aku lagi buka koleksi foto Pa Guncharov.
"nice picture where you got them .. ?"
"browsing .. you heard met art ?"
"I'll look for it .. yeah try to gets kind of it, you must have a models.. do you?"
"Noo lah .. i'm an amateur, just framing what I could see thats all, not more ... " berantakan pastinya..soalnya Michelle sendiri juga kadang ga ngerti aku ngomong apa..he he.
Michelle ... .. I'll frame you .. bos ?! yeah someday !

Saturday, March 17, 2007

"have a seat . . . "

sebuah suara mengagetkan aku . . . segera aku balas dengan thank you.
"beautiful colections.. it's yours? or ..?"
"no.. somebody painted for me."
Kami bercakap tanpa sesuatu yang penting, tapi ada sesuatu yang harus aku sampaikan sekarang, penting. Tentang karyawan sebuah perusahaan asing.
Dia teman bagiku, tapi meskipun begitu aku tidak tahu benar apakah dia juga mengangap sama diriku. Yang terakhir aku ingat dia memberiku pekerjaan ini.
Ini adalah kali ketiga aku bertemu Michelle, kebetulan dia mengundangku ke apartemennya.
Di pertemuan yang ketiga ini aku masih belum tahu pasti apa sebenarnya pekerjaan temanku ini. Dan apa sebenarnya pekerjaanku ???

Tuesday, March 13, 2007

Lidiya A.

This summary is not available. Please click here to view the post.