Wednesday, February 23, 2011

pola 'sibuk' - instruksi berantai

Sebenarnya secara spesific dan mendetail aku tidak begitu memperhatikan sebuah pola kejahatan sedang direncanakan, jika saja pelaku hanya melakukannya sekali kepada korban yang sama sebagai obyek kejahatannya, tiga hari berturut-turut. Sebagai sharing saja, aku membagi cerita ini untuk menambah kewaspadaan kita bersama..

Sebagai obyek kejahatan, berawal ketika aku berniat menjual aset properti di Cirebon. Saat ini aku tinggal di Solo, beberapa kali aku masih sempat ke Cirebon untuk menemui beberapa pembeli serius. Sangat merepotkan jika aku tidak menggunakan jasa iklan di salah satu harian di kota itu.
Sebuah iklan 'dijual, rumah beserta perabotan..dst' aku pasang dengan hanya mencantumkan kontak telepon selularku. Tetapi kemudian, dengan memasang iklan, ternyata memberikan 'peluang' kepada sebuah kejahatan terencana.

Seseorang bernama Wisnu dengan nomor Hp xxxxxxx menghubungi nomor selularku, berkaitan dengan iklan properti yang kupasang. Wisnu menyatakan ketertarikannya setelah sehari sebelumnya melihat aset bersama istrinya. Dengan menyamar menjadi pembeli (yang tentu saja aku belum sadari sedini itu) Wisnu menanyakan detail proses pembayaran, pertemuan dan details surat-surat kelengkapan aset tersebut. Aku sanggupi untuk menemuinya di Cirebon dengan membawa copy surat kelengkapan aset pada minggu yang sama.
Dengan dalih tidak ingin kehilangan kesempatan memiliki rumah tersebut dia melakukan negosiasi harga melalui tele-conference. Terbilang tidak terlalu alot, kita sepakati saat itu juga harga jual aset. Berkesan buru-buru dia menawarkan pengiriman uang muka 10 juta melalui transfer antar rekening bank. Aku sampaikan jika tidak keberatan saya terima tunai saja sejumlah total nilai aset pada saat 'meeting'di cirebon nanti (3 hari kedepan). Berikut juga aku samapikan untuk membawa kelengkapan aset asli bukan copy. Wisnu menyetujui dan menyanggupi permintaanku dan kemudian pembicaraan ternyata lebih lama dan akrab. Wisnu bercerita kegiatan bisnisnya di Cirebon dan Jakarta, meyakinkan aku saat itu dengan satu asumsi 'pembeli yang sangat serius'.
Namun rupanya asumsiku cacat esok harinya ketika Wisnu menghubungi lagi. Dikatakannya dia harus segera mentransfer uangnya sebelum berkurang karena dipakai kebutuhan yang lain....?? ingat dia belum pernah melihat asli maupun copy surat kelengkapan aset dan sekali lagi alasanya sekedar karena uangnya tidak ingin kepakai untuk kebutuhan lain. Saat itu keyakinanku berkurang dengan keseriusan Wisnu membeli rumah, namun karena ia setengah memaksa aku sampaikan akan segera mengirim nomor rekening bankku via text. Tidak ingin ada kesalahan penulisan dan sekaligus menjadi authentic proof seandainya bank melakukan kesalahan transfer.
Saat keyakinanku pada Wisnu berkurang berbanding terbalik dengan intuisi kewaspadaanku, segera meningkat drastis. Sebelum memberikan nomor rekening, aku melakukan pemeriksaan saldo, melakukan transfer rtgs ke rekeningku yang lain dan menyisakan minimal saldo pada rekening tersebut. Thanks to mobile banking technology!
Segera setelah menerima text, Wisnu memberitahukan bahwa ia saat itu sedang melakukan transfer antar rekening dan memintaku untuk mengkonfirmasi seandainya uang muka sudah saya terima. Hingga akhir hari itu, Wisnu menanyakan hampir tiap 2-3 jam, dan jawabanku pun sama 'belum'.
Esoknya Wisnu kembali menanyakan, dan mengkonfirmasi bahwa ia telah benar-benar melakukan transfer hampir seharian dia melakukan pemantauan dan otomatis seharian kerjaku juga buka tutup mobile banking. Wisnu juga memintaku untuk memeriksa saldo tidak hanya di mobile banking, dengan serius dia meminta aku untuk melakukan pemeriksaan saldo di ATM. Aku sanggupi setelah sore lepas jam kerja.
Disinilah kejahatan bukan lagi dalam proses rencana melainkan sedang terjadi. Dan aku sangat ingin mengetahui detail pola dan ujung akhir kegagalan kejahatan ini. Perhatikan baik-baik.
Begitu sampai di ATM aku diminta sms saja, bukan call dan Wisnu yang akan menghubungiku. Wisnu memintaku untuk melakukan pemeriksaan saldo dan tidak memutus sambungan telepon. Wisnu menanyakan nilai saldo, aku sebutkan. Dan aku pastikan aktif karena baru kemarin aku melakukan transfer dan tidak ada masalah.
Untuk sementara aku ikuti...oh ya, aku ingat betul ada seorang pemuda sedang menjalankan mesin di sebelahku (atm depan bank mandiri sriwedari), rupanya dia mendengar sekilas percakapanku di sellphone tiba-tiba dia mengingatkanku..Hati-hati pak penipuan..aku lempar senyum dan mengangguk terima kasih karena tidak mungkin merespon dengan kata.
Begitu mengetahui aku belum menerima transfer darinya, Wisnu memintaku menahan telepon selama dia menghubungi call center banknya. Dan melakukan tele-conference bersamaku juga..terdengar Wisnu sedang mengkonfirmasi pengiriman 2 hari yang lalu atas nama dirinya dengan nomer rekening yang disebutnya lengkap..pihak bank (seolah-olah begitu, ingat yang menghubungi bank adalah Wisnu dan itu bisa nomor siapa saja) mengkonfirmasi bahwa memang telah dilakukan transfer, namun karena jaringan ATM sedang mengalami gangguan (2 hari ??) proses transfer belum dapat diterima. Benar-benar konfirmasi dari bank reka2 itu sepetinya memang dilatih secara khusus, bahasa dan komunikasi bicaranya adalah seorang customer service Call Center Bank.
Wisnu memberikan kesempatan banknya untuk berbicara denganku. CS bank itu menanyakan kebenaran rekeningku, nama lengkap, alamat bank, nilai saldo akhir..dan memintaku untuk melakukan transfer sejumlah kecil, hanya untuk memastikan aktif tidaknya rekeningku. Sejumlah kecil itu jika berhasil tentu sudah kali berapa korban. Aku sampaikan bahwa saldoku tidak mungkin untuk melakukan transfer lagi. Tanpa ada jeda, nyaris spontan cs bank itu meminta jika ada nomer rekening lain mungkin bisa dialihkan kesana. Tidak ingin ketahuan aku menyidik, aku sampaikan ada..kemudian aku menyebutkan nomor rekening rekaanku, dengan atas namaku pada bank lain. Berikut saldo terakhir aku sampaikan: 20an juta, tentu ini juga rekaan. Mendadak nada bicara CS itu menjadi tidak professional...yakin! Ia kemudian memintaku menuju atm bank tersebut karena saat ini dia sedang melakukan pemindahan transfer, atas persetujuan Wisnu juga..
Wisnu memintaku untuk sekali lagi sms bukan call, begitu sampai di ATM bank tersebut. Setengah emosi dan jengkel, membayangkan berapa korban yang telah berhasil mereka tipu. Aku sanggupi untuk menelpon dia seandainya memang sudah ada transfer yang masuk ke rekeningku sejumlah 10 juta. Sampai detik ini, aset itu telah laku di tangan orang lain tidak ada transfer itu, dan Wisnu pun tidak pernah menghubungi lagi sejak sore di mesin atm mandiri sriwedari itu. Aku sempatkan menelpon Wisnu sekali, itupun sekedar saran untuknya mencari pekerjaan lain...be aware!