Saturday, September 1, 2007

Kopi pagi Pon

Chapter 1
"Pon... aku nanti sore ndak langsung pulang kerumah. Setelah ngojek aku rencana mau ngantar orang nyari kontrakan."
"Nganter siapa to pak..?"
"Ya ngantar langganan Pon... mau ngantar siapa lagi ?"
"Langganan kan punya nama, Mbak Siti.., Bu Minah.., Mbak Sri.., Mbak ...."
"Haaaah sudah sudah! kamu itu bawaannya curiga terus"
Kalau aku ladeni istriku itu ngoceh, bisa-bisa rejeki pagi ini melayang. Segera kusambar helmet 'cakil' hadiah ketika aku berhasil memberi uang muka kesebuah dealer kecil dekat kecamatan untuk sebuah sepedamotor bebek tahun 2000. Sebuah helmet, jaket dan jam dinding sepertinya sangat murah sekali mengingat hasil penjualan merek bebekku itu mencapai volume 1.791.643 unit pada 10 bulan terakhir ini saja. Sepertinya motor bebekku itu dibeli banyak orang bukan karena hadiahnya, begitulah kira-kira aku memutuskan untuk mengkreditnya sebagai modal usaha ngojek. Motor harus berkualitas diatas rata-rata karena memang aplikasi untuk harian dengan beban yang memiliki tingkat varian tinggi. Sudah begitu harus memiliki preforma yang mantab serta penampilan yang trendy untuk narik pelanggan.
Sepertinya kopi bikinan Pon istriku itu dicampuri jampi-jampi, setiap habis satu gelas meminumnya, isi kepalaku kadang melayang dan ngelantur ga karuan.
"Pon ! aku berangkat...!"
"Nanti sore mau nganter siapa to pak ?" Tergopoh-gopoh dia keluar dari dapurnya.
Siapa ya nama bapak yang kemaren itu ? aku tidak memiliki jawaban untuk istriku.
"Eee..warga baru, katanya mau nyari kontrakan rumah di desa kita !" Aku mencoba jujur.
"Ya sudah, hati-hati kerjanya, jaman sekarang banyak begal dan rampok yang nekat"
"Wis aku berangkat dulu" Aku tinggalkan Pon dengan wajah tersenyum cemas seperti pagi kemarin dan pagi pagi sebelumnya, segera kutarik gas motor menuju pangkalan ojek di ujung desa.
Aku mendengar pesan istriku itu setiap pagi. Hampir tidak ada pesan lain kecuali tentang kejahatan yang terjadi di negeri ini. Entahlah .. jampi-jampi kopi Pon ternyata sudah habis atau isi kepalaku yang sudah bosan mereview presiden negeriku ini.
bersambung ...

No comments:

Post a Comment