Wednesday, May 30, 2007

Bapake Nganthi Wani, Fajar Merah

Aku mencatat sebuah peristiwa nyata yang terdengar bak dongeng di sebuah negeri yang anakku pasti bertanya dimana ? jika aku menceritakan kepadanya. Tentang seorang raja yang lalim, rakus, serakah dan semena-mena terhadap rakyatnya. Pada umumnya sebuah dongeng , seorang kesatria menjadi pelengkap cerita. Adalah Wiji Thukul... kesatria yang kucatat dalam peristiwaku. 2 kali pertemuanku dengannya menjelang persiapan demo di depan UNS dan Balaikota masih aku ingat betul sampai sekarang, karena benar dia kuanggap ksatria. Bahkan 2 kali peluru karet yang sempat nyasar ke pantat dan punggung tidak menhentikan demoku hari berikutnya.
Jika ksatria di negeri dongeng bisa hidup bahagia setelah menikahi putri raja, kesatriaku ini malah hilang entah kemana ... Kalau Gajahmada nyata pernah muksa, Kesatriaku ini bukan mustahil mengikutinya ... meski begitu aku mencatat beberapa manteranya nyata benar kedigdayaan mantra itu ... kalau kuingat lagi saat bersorak dan berteriak:
"hanya ada satu kata: LAWAN ! !"

1) Aku masih utuh dan kata-kata belum binasa
2) Catatan subversif thn 1998 -disebabkan oleh Wiji Thukul
3) Darman
4) Jakarta simpang siur, dst.
5) Sajak-sajak bawah tanah Wiji Thukul I-III
6) Tentang sebuah gerakan
7) Tujuan kita satu ibu
8) Bunga dan tembok
9) Kemerdekaan tahun 1982


AKU MASIH UTUH DAN KATA-KATA BELUM BINASA

aku bukan artis pembuat berita

tapi memang

aku selalu kabar buruk

buat para penguasa

puisiku bukan puisi

tapi kata-kata gelap

yang berkeringat

dan berdesakan mencari jalan

ia tak mati-mati

meski bola mataku diganti

ia tak mati-mati

meski bercerai dengan rumah

ia tak mati-mati

telah kubayar apa yang dia minta

umur-tenaga-luka

kata-kata itu selalu menagih

padaku ia selalu berkata

:kau masih hidup!

aku memang masih utuh

dan kata-kata belum binasa

18 juni 1997



CATATAN SUBVERSIF TAHUN 1998

-disebabkan oleh Wiji Thukul

kau adalah kemarau panjang

yang hanya membawa kematian

kepada daun, bunga, dan

ikan-ikan di sungai

kampung tercinta

karena kau adalah kemarau

maka airmata kami akan

menggenangi bumi

jadi embun

naik ke langit, jadi awan-awan

dan dengarlah gemuruh kami

sebagai hujan turun

mengusirmu dari sini!


DARMAN

desa yang tandus ditinggalkannya

kota yang ganas mendupak nasibnya

tetapi ia lelaki perkasa

kota keras

hatinya pun karang

bergulat siang malam

Darman kini lelaki perkasa

masa remaja belum habis direguknya

Tukini setia terlanjur jadi bininya

kini Darman digantungi lima jiwa

Darman yang perkasa

kota yang culas tidak akan melampus hidupnya

tetapi kepada tangis anak-anaknya

tidak bisa menulikan telinga

lelaki, ya Darman kini adalah lelaki

perkasa, ya Darman kini adalah lelaki perkasa

ketika ia dijebloskan ke dalam penjara

Tukini setia menangisi keperkasaannya

ya merataplah Tukini

di dalam rumah yang belum lunas sewanya

di amben bambu wanita itu tersedu

sulungnya terbaring diserang kolera

Tukini yang hamil buncit perutnya

nyawa di kandungan anak kelima



* * *

Jakarta simpang siur

ormas-ormas tiarap

tiap dengar berita

pasti ada aktivis ditangkap

telepon-telepon disadap

koran-koran disumbat

rakyat was-was dan pengap

diam-diam orang cari informasi

dari radio luar negeri

"jangan percaya

pada berita mass media cetak

dan elektronika asing!"

Penguasa berteriak-teriak setiap hari

nasionalismenya mirip-mirip Nazi

***Puisi ini belum diberi judul oleh Wiji Thukul
Agustus 1996


SAJAK-SAJAK BAWAH TANAH WIJI THUKUL

(1)

kekuasaan yang sewenang-wenang

membuat rakyat selalu berjaga-jaga

dan tak bisa tidur tenang

sampai mereka sendiri lupa

batas usianya tiba

dan dalam diamnya

rakyat ternyata bekerja

menyiapkan liang kuburnya

lalu mereka bersorak

ini kami siapkan untukmu tiran!

penguasa yang lalim

ketika mati tak ditangisi rakyatnya

sungguh memilukan

kematian yang disyukuri dengan tepuk tangan

11 Agustus 1996


(2)

Para jendral marah-marah

Pagi itu kemarahannya disiarkan oleh televisi.

Tapi aku tidur. Istriku yang menonton.

Istriku kaget. Sebab seorang letnan jendral menyeret-nyeret namaku.

Dengan tergopoh-gopoh selimutku ditarik-tariknya.

Dengan mata masih lengket aku bertanya: mengapa?

Hanya beberapa patah kata keluar dari mulutnya:

"Namamu di televisi..."

Kalimat itu terus dia ulang seperti otomatis.

Aku tidur lagi dan ketika bangun wajah jendral itu

sudah lenyap dari televisi. Karena acara sudah diganti.

Aku lalu mandi. Aku hanya ganti baju. Celananya tidak.

Aku memang lebih sering ganti baju ketimbang celana.

Setelah menjemur handuk aku ke dapur. Seperti biasa mertuaku yang setahun lalu ditinggal mati suaminya itu, telah meletakkan gelas

berisi teh manis.

Seperti biasanya ia meletakkan di sudut meja kayu panjang itu, dalam posisi yang gampang diambil.

Istriku sudah mandi pula. Ketika berpapasan denganku kembali

kalimat itu meluncur, "namamu di televisi..."

Ternyata istriku jauh lebih cepat mengendus bau kekejaman kekuasaan itu daripada aku.

12 Agustus 1996


(3)

wani

bapakmu harus pergi

kalau teman-temanmu tanya

kenapa bapakmu dicari-cari polisi

jawab saja:

"karena bapakku orang berani"

kalau nanti ibu didatangi polisi lagi

menangislah sekuatmu

biar tetanggamu kanan-kiri datang

dan mengira ada pencuri masuk rumah kita


TENTANG SEBUAH GERAKAN

tadinya aku pengin bilang:

aku butuh rumah

tapi lantas kuganti

dengan kalimat:

setiap orang butuh tanah

ingat: setiap orang!

aku berpikir tentang

sebuah gerakan

tapi mana mungkin

aku nuntut sendirian

aku bukan orang suci

yang bisa hidup dari sekepal nasi

dan air sekendi

aku butuh celana dan baju

untuk menutup kemaluanku

aku berpikir tentang gerakan

tapi mana mungkin

kalau diam?


TUJUAN KITA SATU IBU

kutundukan kepalaku

bersama rakyatmu yang berkabung

bagimu yang bertahan dihutan

dan terbunuh di gunung

di timur sana

di hati rakyatmu

tersebut namamu selalu

dihatiku

aku penyair mendirikan tugu

meneruskan pekik salammu

:a luta continua

kutundukan kepalaku

kepadamu lawan yang dijebloskan

ke penjara negara

hormatku untuk kalian sangat dalam

karena kalian lolos dan lulus ujian

dari ujian pertama yang mengguncang

kutundukan kepalaku

kepadamu ibu-ibu

hukum yang bisu

telah merampas hak anakmu

tapi bukan cuma anakmu ibu

yang diburu dianiaya difitnah

dan di adili di pengadilan

yang tidak adil ini

karena itu aku pun anakmu

karena aku ditindas

sama seperti anakmu

kita tidak sendirian

kita satu jalan

tujuan kita satu ibu:

pembebasan!

kutundukan kepalaku

kepada semua kalian para korban

sebab hanya kepadamu kepalaku tunduk

kepada penindas

tak pernah aku membungkuk

aku selalu tegak

Juli, empat, sembilan tujuh

_______________________________________________________________
BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga, kami adalah bunga yang tak kau kehendaki adanya

engkau lebih suka membangun rumah dan mengusur tanah

Seumpama bunga, kami adalah bunga yang tak kau kehendaki tumbuhnya

engkau lebih suka membangun jalan dan pagar besi

Seumpama bunga, kami adalah bunga yang dirontokan dibumi kami sendiri

Jika kami bunga, engkau adalah tembok itu

dan ditubuh tembok itu telah kami tebar biji-biji

Suatu saat kami akan tumbuh bersama

dengan satu keyakinan engkau harus hancur

Dalam keyakinan kami dimanapun:

"TIRANI HARUS TUMBANG!"
_________________________________________________________________


*KEMERDEKAAN TAHUN 1982

Kemerdekaan adalah nasi

Di makan jadi tai.

* Puisi ini dibuat oleh Thukul secara spontan saat diundang baca puisi

di sebuah kampung di Solo dalam acara 17 Agustus 1982.

Friday, May 11, 2007

How's a hyper market you owned ?

Sometimes it's easier to have a good services when you're a bank costumers right? , both on saving or loan money. Give your Reference than the staff will said " Wait a moment please..."max 30 minute when you're capable in their opinion you leave the bank satisfy.

How hard could be when you are an hyper mart costumers !?
You have to picked your own basket while there's no directions to find where they are. I go around 2 times a big rack to picked my basket! is it gonna kill them to placed it at the entrance ?
while you're search an items on your shopping list, you have to look up I mean really up to read where they placed.
Once you find your stuff, you still have to check the expired date. I strongly recommended ! because when you badly harmed from the situation caused, you will got this answer
"Sometimes human error and technical error happens" Whats !? yeah they also sell items which expired a month ago on their awareness as their slogan said.
You won't believe that you still have to make a 10 to 20 meters lines to pay your Gillette shaver, a bottle of Aussie Max and 3 sets of underwear.
2 hours latter you leave the market with you brain sprained and speaking clock full mouth.
the funny things, some people enjoy it and make those high stress activity bcome their choose to spent week end. Brrrllrl.

If I have a supermarket my own, all I asked to my costumers is " make your shopping list please...." still on the same table with her, price will be given after the list. Than like bank staff said: "Wait a moment please...."
She could pay while the items with correct desire picked an serve to her.
I bet you with 10 tables I could serve 1000 customers a day !
with no gun threat to my head as we serve with smile low stress services.