Thursday, July 9, 2009

Complicated Simply

Kontradiktif, ambigu, absurd, sedikit munafik atau sebutlah dengan kata yang lain. Beberapa kasus jatuh cinta hanya memiliki dua ending dasar... Happily ever after, atau berakhir tragis dipandang dari sisi manapun, karena kalau mengenai cinta semua harus extreem.. gila.. unlogicable mix. Tidak seperti ini.
Beberapa hari lalu seorang sahabat membuat aku mengakui cinta yang aku sendiri masih ragu format sayang yang diusung didalamnya, saat itu. Sayang sebagai sodara? aku sudah berlimpah memberikannya kepada semua sodara yang mungkin tidak cukup dihitung jumlah jari atas bawah, kanan dan kiri. Sayang sebagai teman/sahabat sebut saja? tentu, setiap sahabat yang kupunya aku berikan sama berlimpahnya. Tapi untuk Dia lebih. Kekasih? Bukankah selama ini aku selalu tidak pernah faham bagaimana format sayang ini.. yang mungkin aku tau jika aku menyanyangi Dia sebagai kekasih tentu aku akan sangat bernafsu untuk memilikinya? bernafsu untuk mendapatkan balasannya? ini tidak kawan, bukan, bukan itu.
Aku sangat serius memikirkannya kemarin malam (bahkan Tuhan terlibat didalamnya) sehingga aku memutuskan untuk mengetahui bagaimana hatinya merespon ungkapan perasaanku malam lalu. Dan tadi pagi oh kawan kalian tentu akan sangat berbahagia mendengar hati Dia bernyanyi merdu, lebih merdu dari nyanyian raja pop yang baru saja meninggal kemaren. Bagaimana Dia bernyanyi cinta.. dan kasih.. dan sayang.. yang aku yakin datangnya dari pemberian Tuhan yang aku ajak bicara semalam.
Aku berterimakasih tentu saja...tapi.... ternyata aku sedih, hatiku tidak bereaksi sewajarnya... komposisi kimia yang bereaksi pasti salah, rumus kimia hati tidak dapat di satukan dalam satuan tertentu. Dibalik merdu nyanyian hatinya, tersembunyi kekuatan untuk menahan nada-nada-nya, cenderung ingin mengecilkan volume-nya atau mematikannya saja sekalian. Hatiku sedih mengetahui itu. Karena dia tidak ingin membuatku luka, karena hatinya memiliki senyawa yang kuat yang bereaksi melawan segala format sayang yang lain selain untuk satu nama yang bukan milikku.
Dia tidak ingin hatinya terus bernyanyi... hingga akupun hanya ingin memendamnya saja. Kalau saja ini berakhir tragis biarlah aku pasti akan menerimanya lebih lapang, karena untuk bahagia selamanya pastilah satu kemunafikan lain yang akan mendera... tapi sekarang tak banyak aku berbuat.. hanya mencintainya saja kurasa... tanpa banyak embel2 yang lain.
Kawan aku sakit. sakit gila nomor 23... merasa cinta tapi tak bernama!