Aku kenal Pak Win sekitar dua bulan yang lalu. Dia adalah supervisor loading di perusahaan tempatku bekerja, lama sebelum aku bergabung. Teman sekantor mengenalkan dia ketika mampir kekantor waktu itu. Sudah lebih dari 5 tahun dia meninggalkan perusahaan kami, namun hubungan dengan beberapa rekan yang dulu sempat bekerja bareng tetap dia jaga dengan baek. Termasuk kepada staff staff yang baru masuk seperti aku. Meskipun sudah bergabung 2 tahun lebih tapi aku baru mengenal Pak Win 2 bulan yang lalu.
Malam ini aku dalam perjalanan menuju rumahnya, Cirebon - Jakarta aku tinggalkan kira2 10 menit yang lalu. Aku bertanya sedikitnya kepada 5 orang untuk mencapai desa ini. Seorang wanita setengah baya dengan penampilan menarik menunjukkan letak rumah kepala desa yang aku maksud. 21:05, lima menit terlambat dari janji yang kami sepakati. Segera aku pencet tombol pintu dari rumah yang tampak sepi itu, jangan-jangan Pak Win lupa kalo ada janji..
"Waalaikum salam...mangga..neangan saha?" seorang anak perempuan membalas salam ku begitu pintu terbuka. Anak perempuan begitu aku sebut dia, karena dia kelihatan masih pantas untuk duduk di bangku sekolah. Kulitnya bersih dibalut span hitam dengan atasan kaos oblong, sepertinya baru saja selesai mengikuti suatu event semacam 'parewangan' di hajatan salah satu warga.
Sepertinya aku akan kecewa, kata perempuan itu bapak sedang keluar baru saja. Tidak putus asa aku mencoba memancing percakapan dengan keponakan Pak Win, begitu yang aku tahu setelah aku juga memperkenalkan diri. Selain tinggal bersama pamannya, dia juga membantu Pak Win untuk beberapa urusan administratif di rumah.
"Pesen Bapak saya disuruh menemani Pak ******." Tidak ada kesan sungkan atau segan saat anak itu menyampaikan pesan Pak Win, pucuk dicinta ulam tiba. Tanpa Pak Win aku pastikan akan lebih banyak info yang dapat aku bagi2, selain aku merasa agak sungkan dengan Pak Win, sepertinya informasi dari ponakannya ini gak perlu pake pulpen pun recorder juga bakalan nemplok dikepala.
Disini memang sudah biasa pak, banyak cukong bos2 dari luar kota yang punya istri disini. Minimal 3 bulan harus mau menikah meskipun cuma dibawah tangan, ada yang satu juta mau. Tidak usah beliin rumah mereka juga sudah memiliki rumah sendiri-sendiri, ndak usah ngasih apa2 lagi pokoknya dengan uang kontrak itu sudah cukup. Obrolan yang kuanggap berat itu enteng saja keluar dari mulut 'anak perempuan' yang aku sebut tadi, sepertinya tidak pantas lagi aku menyebut 'anak'. Setelah berganti atasan dengan tank top kuning muda dibalut jeans, 'perempuan' itu mengajakku menemui salah satu lokasi dimana saya bisa memilih 'istri'. Dan obrolan itu terus berlanjut sepanjang perjalanan kami.
Mereka akan meminta uang jajan kalo misalnya diajak keluar desa. Mau ke hotel misalnya, meskipun sama suaminya sendiri mereka minta uang tambahan. Kalo misalnya diajak tinggal dirumah lakinya, tarifnya bisa lebih mahal dua kali lipat. Pokoknya tergantung kesepakatan awalnya aja. Kata2 yang keluar semakin lama semakin manja, semakin jauh dari rumah Pak Win semakin dekat dia bergeser tempat duduk. Aku perhatikan bahasa tubuhnya yang mengajak, tapi ... ini ponakan Pak Win ! logikaku menentang. Aku menolak segala pembicaraan yang membawaku berlaku sebagai subject -user?, dan sepertinya dia paham.
Sekitar 25 menit aku melewati 2 desa dengan akses jalan kampung yang lumayan memperlambat cherokee4x4 pinjeman dealer itu. Kami tiba di sebuah rumah, kelas menengah 2 lantai dengan beberapa tanaman di halamannya yang luas. Beberapa pagar dari stainless terlihat di lantai 2 dengan beberapa pot bunga berjajar . Susah kalo menggambarkan sebuah rumah, begini saja harga rumah itu bisa mencapai 250 juta dengan pertimbangan akses masuk dan luas tanahnya. Tentu kalian akan lebih mudah membayangkannya.
Tanpa permisi tanpa salam ponakan Pak Win masuk rumah itu, dari dalam rumah aku mendengar sambutan beberapa perempuan lain dan bercakap dengan bahasa .. sepertinya sunda. Sejurus kemudian dia keluar dengan seorang perempuan yang berpakaian lebih sopan darinya. Dia mengenalkan sebentar perempuan itu. Dia.... ibunya?!.... ya. Dan beberapa saudara perempuannya yang lain yang sudah 'bersuami' dan berencana untuk menambah 'suaminya' lagi.
Obrolan kami tidak bisa terfokus bahkan aku tidak mencatat satupun di kepala kecuali basa-basi, ajakan, tawaran menggoda diikuti tawa, dan ketika aku menulis ini, semuanya sudah hilang karena saat itu aku menyadari semua itu terjadi disini...ditempat kita.
Semakin banyak aku tahu semakin keras ngiang tawa perempuan-perempuan itu ditelinga ketika aku menuliskannya.
Malam itu ponakan Pak Win lebih dulu pamit pergi dengan seorang laki2 yang seumur Pak Win pamannya. Dan aku tinggalkan rumah Su'sukan itu sedikit tergesa, karena hampir dipaksa nginap!......terima kasih Pak Win.
Pwuuuihhh sudah cukup yang aku ketahui, dapat berbuat apa aku sekarang ?
Menunggu inspirasi .. .. ..
Tuhan Tau dan Dia menunggu . . . -ikal
Malam ini aku dalam perjalanan menuju rumahnya, Cirebon - Jakarta aku tinggalkan kira2 10 menit yang lalu. Aku bertanya sedikitnya kepada 5 orang untuk mencapai desa ini. Seorang wanita setengah baya dengan penampilan menarik menunjukkan letak rumah kepala desa yang aku maksud. 21:05, lima menit terlambat dari janji yang kami sepakati. Segera aku pencet tombol pintu dari rumah yang tampak sepi itu, jangan-jangan Pak Win lupa kalo ada janji..
"Waalaikum salam...mangga..neangan saha?" seorang anak perempuan membalas salam ku begitu pintu terbuka. Anak perempuan begitu aku sebut dia, karena dia kelihatan masih pantas untuk duduk di bangku sekolah. Kulitnya bersih dibalut span hitam dengan atasan kaos oblong, sepertinya baru saja selesai mengikuti suatu event semacam 'parewangan' di hajatan salah satu warga.
Sepertinya aku akan kecewa, kata perempuan itu bapak sedang keluar baru saja. Tidak putus asa aku mencoba memancing percakapan dengan keponakan Pak Win, begitu yang aku tahu setelah aku juga memperkenalkan diri. Selain tinggal bersama pamannya, dia juga membantu Pak Win untuk beberapa urusan administratif di rumah.
"Pesen Bapak saya disuruh menemani Pak ******." Tidak ada kesan sungkan atau segan saat anak itu menyampaikan pesan Pak Win, pucuk dicinta ulam tiba. Tanpa Pak Win aku pastikan akan lebih banyak info yang dapat aku bagi2, selain aku merasa agak sungkan dengan Pak Win, sepertinya informasi dari ponakannya ini gak perlu pake pulpen pun recorder juga bakalan nemplok dikepala.
Disini memang sudah biasa pak, banyak cukong bos2 dari luar kota yang punya istri disini. Minimal 3 bulan harus mau menikah meskipun cuma dibawah tangan, ada yang satu juta mau. Tidak usah beliin rumah mereka juga sudah memiliki rumah sendiri-sendiri, ndak usah ngasih apa2 lagi pokoknya dengan uang kontrak itu sudah cukup. Obrolan yang kuanggap berat itu enteng saja keluar dari mulut 'anak perempuan' yang aku sebut tadi, sepertinya tidak pantas lagi aku menyebut 'anak'. Setelah berganti atasan dengan tank top kuning muda dibalut jeans, 'perempuan' itu mengajakku menemui salah satu lokasi dimana saya bisa memilih 'istri'. Dan obrolan itu terus berlanjut sepanjang perjalanan kami.
Mereka akan meminta uang jajan kalo misalnya diajak keluar desa. Mau ke hotel misalnya, meskipun sama suaminya sendiri mereka minta uang tambahan. Kalo misalnya diajak tinggal dirumah lakinya, tarifnya bisa lebih mahal dua kali lipat. Pokoknya tergantung kesepakatan awalnya aja. Kata2 yang keluar semakin lama semakin manja, semakin jauh dari rumah Pak Win semakin dekat dia bergeser tempat duduk. Aku perhatikan bahasa tubuhnya yang mengajak, tapi ... ini ponakan Pak Win ! logikaku menentang. Aku menolak segala pembicaraan yang membawaku berlaku sebagai subject -user?, dan sepertinya dia paham.
Sekitar 25 menit aku melewati 2 desa dengan akses jalan kampung yang lumayan memperlambat cherokee4x4 pinjeman dealer itu. Kami tiba di sebuah rumah, kelas menengah 2 lantai dengan beberapa tanaman di halamannya yang luas. Beberapa pagar dari stainless terlihat di lantai 2 dengan beberapa pot bunga berjajar . Susah kalo menggambarkan sebuah rumah, begini saja harga rumah itu bisa mencapai 250 juta dengan pertimbangan akses masuk dan luas tanahnya. Tentu kalian akan lebih mudah membayangkannya.
Tanpa permisi tanpa salam ponakan Pak Win masuk rumah itu, dari dalam rumah aku mendengar sambutan beberapa perempuan lain dan bercakap dengan bahasa .. sepertinya sunda. Sejurus kemudian dia keluar dengan seorang perempuan yang berpakaian lebih sopan darinya. Dia mengenalkan sebentar perempuan itu. Dia.... ibunya?!.... ya. Dan beberapa saudara perempuannya yang lain yang sudah 'bersuami' dan berencana untuk menambah 'suaminya' lagi.
Obrolan kami tidak bisa terfokus bahkan aku tidak mencatat satupun di kepala kecuali basa-basi, ajakan, tawaran menggoda diikuti tawa, dan ketika aku menulis ini, semuanya sudah hilang karena saat itu aku menyadari semua itu terjadi disini...ditempat kita.
Semakin banyak aku tahu semakin keras ngiang tawa perempuan-perempuan itu ditelinga ketika aku menuliskannya.
Malam itu ponakan Pak Win lebih dulu pamit pergi dengan seorang laki2 yang seumur Pak Win pamannya. Dan aku tinggalkan rumah Su'sukan itu sedikit tergesa, karena hampir dipaksa nginap!......terima kasih Pak Win.
Pwuuuihhh sudah cukup yang aku ketahui, dapat berbuat apa aku sekarang ?
Menunggu inspirasi .. .. ..
Tuhan Tau dan Dia menunggu . . . -ikal
pernah dengar cerita semacam ini, nggak tahu di mana ada org2 arab yg datang di satu kampung dan nikah siri di sana untuk beberapa bulan, agak2 nggak percaya sih dulu, tapi baca tulisanmu di atas ternyata ada juga cerita serupa di tempat berbeda, mungkin juga terjadi di tempat2 lain.
ReplyDeletenggak berminat postingan2 bersambung ini dijadikan buku?
Ini true story ya Hiu?
ReplyDeleteNggak nyangka ya ada ginian di salah satu sisi daerah kita Speechless.
ya ampuunn ini crita beneran nih ada dikehidupan nyata???diindonesia pula??? menyedihkan banget yah
ReplyDeleteNambah suami lagi? Wah poliandri (bener ga nulisnya?) memang bener ada ternyata...
ReplyDelete@Ely
ReplyDeleteAku sendiri baru mengetahui satu lokasi disini yang mayoritas perempuan-nya berprofesi sama.
- Buku .. ? pengen juga nantinya...kalo sekarang sich belajar dulu.
@Ani
Background lokasinya adalah bekas proyek pengeboran minyak asing, dimana banyak warga asing dipekerjakan dalam proyek itu. Bagaimana bermula hingga seperti sekarang ini ...speechless.
@Icha
Mungkin ada yang bahkan lebih menyedihkan lagi cha.. lagi investigate.
@Dony
Bisa disebut Poliandri ga yah...? soalnya itukan cuma kontract sekian bulan trus nambah suami lagi kalo udah habis masa kontractnya.