Friday, June 2, 2017

Puisi Cinta ?

MENTARI

Surya baswara di angkasa
Jenar merbabak abra
Tanpa nada kirana bersahaja
Kutunggu datangmu aditya

Ku lari mengejarmu
Demi melihat kilaumu
Ku ingin menatapmu
Tak rela kau berlalu

Pagi datang menyapa selalu ku tunggu
Kini kutahu kenapa ku jatuh cinta padamu
Ku selalu ingin menatapmu
Ku lari demi ketemu kamu

Kuning emas kilaumu cerah
Kutatap tanpa rasa lelah
Kau adikara bagai raja
Buatku lemah tak berdaya

Sejenak kualihkan pandanganku darimu
Hanya biru hitam gelap disana
Aku tak suka
Kembali kilaumu menarikku tuk menatapmu

Kini kutahu kenapa aku jatuh cinta
Aku lemah aku tak berdaya
Ku ingin menatapmu lagi lagi dan lagi
Silaumu menarikku lagi lagi dan lagi

Aku punya kekuatan aku punya keberanian
Kembali padamu..
Kaulah MENTARIku

Karya: Anda (cintaku juga)


..mbell, kalian juga pasti pernah rasa. Ingat kembali sebentar saja rasa itu. Terlambat ? ga juga, hari ini mungkn sudah labih dari 15 tahun ketika rasa itu seharusnya mengisi ruang hati yang sekarang sudah umyek. Tetapi jika boleh jujur aku masih bisa melihat bunga-bunga itu sekarang..biar ungu, gelap cenderung hitam. Ini masalah hati, sangat penting lebih dari pantas aku tulis saat ini juga.

Sebagai mantan penakluk, tak perlu kiranya sesumbar macam tulisan ini. Tapi sodara setanah air, maklumilah ini adalah harta karun yang ditemukan. Rumput pandan yang berbuah berlian. Sisik ikan yang tumbuh menjadi dedaunan emas. Biji-biji kopi yang keluar bersama sisa cerna luwak...halah
Kalian boleh membandingkan dengan kisah-kisah roman legenda sepanjang masa, menurut kapasitas ingatan kalian tentu saja. Berikut tingkat kemakluman kalian juga aku sadari pasti berbeda-beda....bilang saja.

Hari-hari ini sudah masuk 'tua' untukku, sebahagia apapun kemudian rasa yang menyelimuti, aku bersyukur menemukan Anda di hari tuaku. Menjadi bagian ku kemudian, Meski sekedar secuil rasa.

15 tahun yang lalu

"Mbak Anda......" Seketika saja setiap melihat sosok itu berjalan gontai menuju Markas. Selalu begitu. Kekaguman luar biasa yang hanya bisa aku simpan.

"Hai..." diikuti tawa renyah nan berat. Mendadak lupa lapar, senyum seniorku ini benar memaku gerakku..tetap saja aku sembunyikan. "Nih aku bawain, katanya kamu suka baca."

Kecintaanku pada sebuah buka kemudian malah berbuntut panjang...sampai kisah ini aku tulis sekarang. Buku itu ditulis oleh mas David J. Schwartz, seorang profesor di Universitas Goergia. Bukan sebagai profesor dia dikenal tapi malah sebagai penulis dan motivator. Dan buku itu benar-benar membakar semangat, memotivasiku sampai sekarang. Dan membuatku lupa bertanya, kenapa buku itu diberikan padaku ? ..pada perhatian Anda aku lupa. 
Berikut aku sebagai junior dan ada beberapa senior yang membuatku tetap menyembunyikan kekagumanku padanya.

Pernah suatu sore.."Mbak nanti pulangnya hiu antar ya?" tawaranku ragu sebenarnya. Dan jawabnya hanya senyum diikuti anggukan ringan. Selama perjalanan aku membicarakan buku itu, cubit keras aku ingat ketika aku coba menggodanya seperti lelaki kebanyakan.
"Besok lagi kalo pulang hiu yang antar, ga boleh yang lain..." obrolan terakhir yang aku ingat.
Juga beberapa kali ketika organisasi mengadakan kegiatan lapangan. Perhatiannya ketika menyisakan satu dua lauk untukku tidak juga menggerakkan diamku.

Ditimur Sakura

perihnya pada bunga yang tak kunjung gugur
sendiri yang kutertawai dulu, kini lantang tertawa
bungkam mereka dengan senyumMu Cinta
benamkan terdalam rasa yang mungkin (kataMu) ada

Ditimur Sakura
perihnya pada doa-doa yang tak kunjung sudah
sederhana yang kukira sementara dulu, kini semayam selamanya
bungkam aku dengan senyumMu Cinta
redam tangis yang mungkin (kataMu) dusta

Ditimur Sakura
ingin kuberanjak meninggalkanmu segera, saat kuhitung kelopak demi kelopak
agar aku memilikinya. Agar kamu memiliki aku.
jika kamu ingat sedikit saja tentang aku, ingatlah untuk tidak makan pedes...aku mohon
sebutir biji cabe pun tolong hindari...aku mencintaimu karenanya.
bahagiaMu...sehatMu...semangatMu...
Dari semua itu Sayang akan tau bahagia bersamaku, meski tak lagi aku baca sapaMu


Mengenang Palmerah Mei 2017


No comments:

Post a Comment